BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — COVID-19 terus bermutasi. Teranyar, muncul varian baru yang disebut E848K. Varian ini merupakan hasil mutasi dari varian B117.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan mutasi E484K yang terjadi pada protein spike, adalah mutasi yang sama seperti ditemukan pada varian Afrika Selatan dan Brazil. “Berdasarkan hasil penelitian, varian ini lebih cepat menular,” kata Wiku.
Lalu, seperti apa antisipasi yang bisa dilakukan untuk mewaspadai masuknya varian E848K ke Indonesia. Secara umum, langkah pencegahannya sama seperti COVID-19.
“Oleh karena itu, masyarakat diminta tetap mematuhi protokol kesehatan dalam setiap aktivitas yang dilakukan, sebagai upaya mencegah penularan,” jelas Wiku.
Sementara itu, menurutnya pemerintah terus meningkatkan surveilans Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memetakan varian COVID-19 yang masuk ke Indonesia. Selain itu, pemerintah juga mempertahankan proses skrining pada saat warga negara asing (WNA) dan warga negara Indonesia (WNI) yang masuk dari luar negeri masuk ke Indonesia.
Di samping itu, pemerintah pun terus memastikan ketersediaan reagen demi tercapainya angka testing sesuai standar dunia. Dalam memaksimalkan ketersediaannya, pemerintah berusaha menggunakan reagen baik hasil produksi dalam negeri dan dari produksi luar negeri.
Dari data per Maret 2021, stok reagen yang terdata di Satgas Penanganan COVID-19 yaitu melebihi 800 ribu. Jumlah yang terdata di Satgas ini di luar pendataan yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan yang tersebar di berbagai daerah.
“Pemerintah terus memastikan ketersediaan stok terpenuhi. Serta distribusi reagennya yang merata, demi tercapainya angka testing Covid-19 yang sesuai standar dunia dan tepat sasaran,” pungkas Wiku. (ors)