BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Para siswa tingkat SMA, SMK, dan SLB di Jawa Barat akan menjalankan program ‘Rantang Siswa’ pada 24 April hingga 11 Mei 2021. Kegiatan ini jadi ajang untuk menumbuhkan semangat berbagi, terutama di saat Ramadan dan pandemi COVID-19.
Program ‘Rantang Siswa’ ini diinisiasi Dinas Pendidikan Jawa Barat. Pesertanya adalah siswa yang sudah menyatakan diri siap menjalankan program tersebut tanpa paksaan. Lewat program ini, setiap siswa bakal memberikan satu porsi makanan untuk tetangga atau warga yang membutuhkan.
“Makanan itu bisa buatan rumah atau masakan yang mereka buat sendiri untuk disampaikan kepada tetangga, kolega, teman, anak yatim lansia dan sebagainya. Lalu mereka foto dan diunggah ke Instagram (dengan ditambah tagar) #rantangsiswa,” ujar Kadisdik Jawa Barat Dedi Supandi.
Ditargetkan ada 50 ribu rantang yang dapat dibagikan. Namun, tidak menutup kemungkinan jumlahnya bakal lebih banyak. Ia bahkan optimistis jumlah rantang yang bakal dibagikan melebihi target.
“Pada tanggal 24 (April) saya punya keyakinan itu bisa mencapai 80 ribu. Itu tersebar di 27 kabupaten/kota,” jelasnya.
Dedi mengatakan, Rantang Siswa merupakan bagian dari Program Milenial Smart Tren Ramadan Virtual. Selain Rantang Siswa, dalam Program Milenial Smart Tren Ramadan juga terdapat sejumlah kegiatan yang dapat diikuti siswa maupun siswi.
Program yang dilaksanakan mulai 16 April hingga 11 Mei 2021 ini akan diisi berbagai kegiatan, mulai dari Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi), Kajian Islam di Sekolah (KIDS), menulis mushaf Al-Qur’an hingga Buka Bersama On The Screen (BUBOS).
Selain untuk siswa, rangkaian kegiatan ini juga diperuntukkan bagi guru melalui program “Sapa Bataru”. Nantinya, seluruh guru di perumahan Bataru akan mengadakan buka bersama di halaman rumah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Kita dari Disdik akan melihat melalui drone dan menyapa langsung dari sini,” ucapnya.
Dedi menegaskan, sejumlah kegiatan dalam Milenial Smart Tren Ramadan dikemas agar pelaku pendidikan dapat membiasakan diri dalam menyikapi adaptasi kebiasaan baru. Terlebih untuk para anak didik, di mana selama satu tahun mengalami pandemi COVID-19 mempengaruhi psikologis mereka.
“Terlebih, nanti mulai Juli kita akan mulai menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Karena itu ini menjadi salah satu persiapan kami di Jawa Barat,” pungkas Dedi. (ors)