BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Hampir seluruh warga Bandung, malam ini (26/5/2021) bisa melihat fenomena alam Super Blood Moon eclipse atau bulan purnama merah secara langsung dengan mata telanjang.
Fenomena alam langka ini seperti dikutip pasjabar dari siaran pers Boscha terjadi mulai pukul 16.44 WIB. Bulan pun berlahan – lahan terlihat sangat merah. Seiring dengan masuknya Bulan pada bayangan umbra Bumi, bayangan gelap mulai muncul di permukaan Bulan sehingga tampilan bulan purnama akan tampak berubah bentuk menjadi bulan setengah, lalu bulan sabit, dan kemudian pada fase totalnya Bulan akan terlihat kemerahan (pukul 18.11 WIB hingga 18.25 WIB). Warna merah ini muncul karena cahaya Matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer Bumi sebelum terpantulkan lagi ke arah Bulan. Cahaya berwarna biru akan terhamburkan lebih kuat, sedangkan warna merah dapat lolos melewati atmosfer Bumi dan sampai ke permukaan Bulan. Sebagian orang zaman dahulu kemudian menyebut GBT sebagai blood moon atau bulan merah-darah.
Jika kita perhatikan berbagai foto GBT lampau, nampak bahwa warna bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bulan dapat berwarna merah-oranye, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap. Perbedaan warna ini bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran atau asap pabrik/kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi. Bulan akan tampak semakin gelap dengan semakin banyaknya kandungan material tersebut.
Pada pukul 19.52 WIB, Bulan meninggalkan umbra Bumi menuju bagian penumbra. Saat itu, Bulan akan kembali terlihat sebagai purnama yang redup karena pengaruh bayangan penumbra Bumi. Baru pada pukul 20.49 WIB, Bulan tidak lagi berada di dalam bayangan Bumi dan gerhana Bulan benar-benar berakhir. Bulan akan kembali tampak sebagai purnama yang terang seperti biasanya.
Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 bersesuaian dengan Bulan berada pada jarak terdekat dengan Bumi atau disebut perigee. Bulan purnama pada saat perigee dikenal dengan istilah Bulan Super atau supermoon sehingga GBT kali ini dikenal juga sebagai Gerhana Bulan Super Merah (Super Blood Moon Eclipse).
Pada saat supermoon, ukuran piringan Bulan di langit akan tampak sedikit lebih besar (hingga 14%) dan lebih terang (hingga 30%) ketimbang purnama rata-rata karena orbit Bulan yang berupa elips sehingga jarak Bumi-Bulan tidak selalu sama. Jarak terjauh Bulan dari Bumi adalah 406.700 km, sedangkan jarak terdekatnya adalah 356.400 km. Purnama yang terjadi saat titik terjauh disebut dengan micromoon. Satu dari empat purnama merupakan supermoon sehingga supermoon ini sebenarnya bukanlah kejadian langka.
Observatorium Bosscha melakukan pengamatan GBT 26 Mei 2021. Pelaksanaan Pengamatan Virtual Langit Malam (PVLM) episode kedua dipaskan dengan peristiwa astronomis istimewa ini. Pengamatan kali ini berkolaborasi dengan Universitas Nusa Cendana (UNDANA), Komunitas Pecinta Langit Timor, dan astronom amatir dari Kupang.
Pelaksanaan pengamatan hanya dihadiri oleh tim pengamat di masing-masing lokasi (Lembang dan Kupang), untuk mematuhi himbauan agar tidak berkegiatan yang melibatkan banyak orang di suatu tempat selama pandemi Covid-19 dan bisa disaksikan siaran langsungnya melalui kanal YouTube Observatorium Bosscha. (*/tie)