ENDE, WWW.PASJABAR.COM– Kemenparekraf mendorong penguatan nilai-nilai kearifan lokal agar bisa diangkat dan dilestarikan di Desa Wisata Detusoko Barat, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, agar bisa menjadi daya tarik wisata unggulan.
Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Frans Teguh saat kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Desa Wisata Jumat, (11/6/2021) menjelaskan, desa wisata harus memiliki karakteristik lokal dan harus bisa mengambil nilai-nilai kearifan lokal yang ada di desa. Local genuine harus diangkat menjadi keunikan dalam pengembangan wisata.
“Kita apresiasi apa yang sudah dilakukan di Detusoko dengan aneka inovasi dan terobosannya. Ini bisa menjadi potensi pariwisata dan ekonomi kreatif yang menyejahterakan masyarakat” ujar Frans Teguh.
Desa Wisata Detusoko memiliki keunikan dalam bentuk sawah yang luasnya tidak seragam dan sudah ada sejak dulu. Karena areal sawah yang ada merupakan warisan dari generasi ke generasi dan hampir dimiliki semua keluarga yang mendiami Desa Detusoko Barat.
Kegiatan Bimtek yang berlangsung di Kantor Kepala Desa Detusoko Barat, Ende, NTT dan diikuti oleh 25 peserta yang merupakan warga dari Desa Wisata Detusoko Barat dan menghadirkan beberapa narasumber diantaranya, Sekretaris Daerah Kabupaten Ende, Agustinus Gadja Ngasu, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Nusa Tenggara Timur, I Wayan Darmawa, Akademisi STP Nusa Dua Bali, I Gusti Agung Gede Witarsana, dan Kepala Desa Wisata Detusoko Barat, Ferdinandus Watu.
Butuh Kerja Gercep, Geber dan Gaspol
Sementara itu, Direktur Pengembangan Destinasi II Kemenparekraf/Baparekraf, Wawan Gunawan mengatakan untuk mempertahankan budaya dan kearifan lokal di Desa Detusoko Barat dan dalam pengembangannya dibutuhkan kerja yang Gercep (Gerak Cepat), Geber (Gerak Bersama), dan Gaspol (Garap Semua Potensi yang ada) dengan kerja sama pentahelix.
“Pariwisata merupakan leading sector yang telah ditetapkan oleh Presiden dan Presiden berjanji untuk memprioritaskan desa wisata,” ujar Wawan dalam rilis yang diterima PASJABAR, Selasa (16/5/2021).
Masyarakat dengan dukungan Disparekraf Provinsi NTT, Dispar Kabupaten Ende, dan pengelola Balai Taman Nasional Kelimutu bersinergi untuk mempercepat pemulihan pariwisata di Ende setelah masa pandemi COVID-19 karena CHSE menjadi perhatian utama wisatawan dalam berwisata di era adaptasi kebiasaan baru.
Sebagai salah satu pintu utama menuju Taman Nasional Kelimutu, Desa Wisata Detusoko Barat memiliki sejumlah potensi pariwisata dari daya tarik wisata hingga kuliner.
Kepala Desa Detusoko Barat, Ferdinandus Watu, menyampaikan terima kasih atas terlaksananya kegiatan ini di desanya. Ia juga berharap dukungan lain dari pemerintah untuk dapat menunjang faktor pendukung pengembangan desa.
“Desa Detusoko masuk dalam lensa ekowisata dengan memanfaatkan aneka potensi desa, satu dusun satu atraksi wisata, satu sao ria satu produk,” katanya.
Akademisi dari STP Nusa Dua Bali, Agung memaparkan tentang Pelatihan Pengelolaan Homestay dan Hospitality Destination di Desa Wisata. Ia menjelaskan tentang strategi pengelolaan diantaranya standardisasi produk, kebersihan, online visibility dan virality, dan strategi terakhir adalah local wisdom.
“Kebersihan adalah hal yang utama dalam pengelolaan homestay dan hospitality, ini memaksa kita untuk mengikuti keinginan pasar dan wisatawan,” kata Agung dalam paparannya. (*/tiwi)