BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Irwan Mahasiswa FKIP Unpas mengungkapkan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial, saat ini masih menjadi masalah krusial bagi bangsa Indonesia.
Menurutnya, di Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia ke 76 ini, ada beberapa catatan penting yang harus diperhatikan.
“Merdeka hakikatnya adalah terbebas dari belenggu dan penjajahan. Itulah yang diperjuangkan oleh para pahlawan dan pendiri bangsa. Setiap sudut Desa hingga Kota merayakan peringatan kemerdekaan ini dengan penuh sukacita. Mulai dari yang bersifat informal sampai ke formal atau seremonial,” ungkapnya.
Peringatan kemerdekaan bangsa kita, sambung Irwan, semakin lengkap dengan terpilihnya putera-puteri terbaik bangsa sebagai teladan di berbagai sektor kehidupan.
Guru teladan, Dokter teladan, Pegawai teladan, Mahasiswa teladan, Pelajar teladan dan seterusnya.
“Entah berapa ratus bahkan juta teladan telah dicetak bangsa ini dalam tempo 76 tahun kemerdekaan. Namun tetap seolah kita masih berpijak di tempat yang sama. Ketika realitas hari ini menunjukkan bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang terbelenggu dan belum merasakan kesejatian merdeka,” paparnya.
Wilayah NKRI hingga saat ini, lanjut Irwan, belum seutuhnya merasakan kemerdekaan.
“Merdeka sebagai bangsa telah kita capai, namun benar-benar merdeka dan terbebas dari belenggu kemiskinan. Kesenjangan pembangunan serta pemerataan pembangunan belum mampu kita capai,” ujarnya.
Sejatinya kemerdekaan bagi bangsa kita, ucap Irwan adalah saat semua cita-cita luhur yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dapat diwujudkan.
Di usia Indonesia yang ke 76 ini tingkat putus sekolah di indonesia semakin naik.
Survei yang dilakukan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) mencatat. Sebanyak 1% atau 938 anak berusia 7-18 tahun putus sekolah karena terdampak pandemi virus corona Covid-19.
Dari jumlah tersebut, 74% anak dilaporkan putus sekolah karena alasan ekonomi.
“Ini harus menjadi perhatian pemerintah karena tujuan dari negara ialah mencerdaskan kehidupan bangsa dalam preambul UUD 1945 alenia ke 4. Maka dari itu pemerintah harus turut andil dalam menangani siswa yang putus sekolah. Karena permasalahan di sektor ekonomi,” ulasnya.
“Kemiskinan dan kesenjangan sosial juga merupakan masalah krusial yang harus diberikan perhatian besar,” sambungnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, penduduk Indonesia yang masuk kategori miskin absolut pada Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang atau 10,14% dari total penduduk.
Sedangkan, mereka yang hampir miskin sekitar 105,6 juta orang. Angka itu terkonfirmasi oleh data PBI BPJS Kesehatan per Juni 2021 mencapai 133,1 juta orang. atau 49% dari penduduk Indonensia. Pandemi Covid-19 ikut mendongkrak jumlah penduduk miskin.
Memaknai Arti Kemerdekan
Irwan mengungkapkan bahwa kemerdekaan menurutnya adalah bebas dari kebodohan dan kemiskinan.
“Makna kemerdekaan bagi saya terbebas dari segala bentuk penjajahan, terbebas dari kebodohan dan ketertinggalan, terbebas dari cengkaraman kemiskinan, langkah bersama untuk maju dan mensejajarkan diri dengan bangsa lain, merdeka bukan hanya untuk satu orang, satu golongan baik golongan kaya atau golongan yang berkuasa tetapi semua buat semua,” tandasnya saat ditanya PASJABAR terkait makna kemerdekaan.
Pemilik nama lengkap Irwan Hendrawan ini bercerita bahwa memang Perayaan Hari Kemerdekaan RI ke 76 ini terasa perbedaannya. Di mana biasanya digelar dengan meriah, baik di kota maupun di desa-desa. Namun perayaan 17-an tahun ini berbeda dari biasanya, sebab masih dalam masa pandemi virus Covid-19.
Kegiatan yang menyebabkan keramaian atau pengumpulan massa ditiadakan sebagai upaya mencegah penyebaran virus covid-19.
Tidak ada upacara bendera, lomba-lomba, dan juga malam tirakatan menjelang 17 Agustus.
“Tapi secara subtantif Indonesia masih sama dengan tahun tahun sebelumnya yaitu terpuruk dalam memerangi kebodohan, cengkraman kemiskinan, pemerataan pembangunan. Ditambah lagi hari ini, Indonesia melawan pandemic covid-19 yang menyebabkan pengaruh ke berbagai sektor di Indonesia,” ungkap Ketua Umum BEM FKIP Unpas.
Irwan melanjutkan bahwa perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan seharusnya tidak hanya diperingati setahun sekali dengan perayaan-perayaan tertentu.
Perjuangan tersebut harus dimaknai dan dilanjutkan oleh generasi muda dan sudah menjadi kewajiban kita sebagai generasi muda. Untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang sudah diraih dengan susah payah. Melalui perjuangan para pahlawan yang sudah mempertaruhkan jiwa dan raganya.
“Pada saat ini perjuangan generasi muda bukan lagi melawan penjajah. Tetapi mengisi kemerdekaan tersebut dengan cara terlibat dalam sektor pendidikan, pengabdian kepada masyarakat, mendukung perkembangan produk dalam negeri,” ulas Irwan mahasiswa FKIP Unpas Jurusan PPKn Semester VI.
Irwan pun berharap ke depan, Indonesia dapat menjadi salah satu negara maju dan besar dan dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki dengan maksimal dan bijaksana. Yaitu dengan masyarakat yang berkualitas dalam intelektual dan moral. Sehingga tidak ada yang korupsi dan peduli terhadap lingkungan.
“Di samping itu juga menjadi masyarakat yang sadar betapa pentingnya mengelola potensi yang ada di Indonesia ini. Jika semua bertekad untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik maka tidak ada yang tidak mungkin,” tandasnya.
Secara perlahan tapi pasti, ucap Irwan, Indonesia akan dapat benar-benar menunjang kebenaran yang akan menghilangkan korupsi dan segala oknum yang tidak bertanggung jawab yang akan merusak Indonesia.
“Jika semua dapat bersatu dalam mewujudkan cita-cita bangsa maka akan terciptanya Negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Seperti cita-cita bangsa Indonesia yang tertera dalam pembukaan UUD 1945. Sehingga harapan untuk membuat Indonesia menjadi Negara maju ini dapat terwujud,” urainya.
“Saya harap perbaikan dalam sektor pendidikan. kemiskinan semain menurun pemerataan pembangunan semakin merata. Semoga Indonesia kedepanya lbih baik lagi. Saya berharap agar kedepannya menjadi lebih baik, tidak ada korupsi lagi, rakyatnya menjadi sejahtera, tidak ada kasus- Kasus HAM,” pungkasnya Irwan Mahasiswa FKIP Unpas menutup perbincangan. (tiwi)