BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Peringati world smile day, Yayasan Pembina Celah Bibir Dan Langit-langit (YPPCBL) RSGM Universitas Padjajaran bekerjasama dengan Smile Train Indonesia, mengadakan pagelaran seni yang diikuti anak-anak penderita celah bibir dan langit-langit.
Dalam acara yang dihelat bertepatan dengan Worl smile day pad Jumat 1 Oktober 2021, anak-anak binaan YPPCBL mempersembahkan beberapa tarian seprti tari semut dan merak. Nampak juga anak-anak usia PAUD mengikuti acara mewarnai.
Menurut Country Manager & Program Director Smile Train Indonesia, Desi Larasati, sejak 2002 pihaknya sudah melakukan operasi celah bibir dan langit-langit sebanyak 96 ribu kali.
“Khusus untuk kerjasama dengan YPPCBL kami sudah melakukan operasi sebanyak 85.000 kali,” tuturnya, Jumat (10/1/2021).
Sayangnya, lanjut Desi masih banyak kasus yang belum terselesaikan. Misalnya kasus-kasus di pelosok. Di mana bari mereka, jangankan untuk melakukan operasi, untuk bertahan hidup saja mungkin kesulitan
“Kami memang mengalami kendala untuk menjangkau penderita celah bibir dan langit-langit, karena kebanyakan penderita tinggal di pedalaman atau pedesaan,” terangnya.
Untuk itu, lanjut Desi, pihaknya mengajak warga masyarakat yang memiliki keluarga penderita celah bibir dan langit-langit untuk mencari yayasan yang bisa membantu menyembuhkan keluarganya.
“Sekarang kan sudah banyak dan kita bisa mencari informasi di sosial media. Sehingga penanganan bisa lebih cepat,” terang Desi.
Sementara itu, menurut Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Dudi Aripin, Indonesia merupakan negara dengan peringkat 4 teratas di Asia Tenggara untuk kasus kelainan bawaan dengan presentasi 5,3% dari seribu kelahiran. Dan celah bibir dan langit-langit merupakan kasus dua teratas. “Makanya cukup tinggi juga di Indonesia kasus seperti ini,” tegasnya.
Menurut Dudi, para penderita celah bibir dan langit-langit memang sebaiknya mendapatkan penanganan secepatnya. Jika tidak, maka akan menemukan kendala-kendala psikologi saat sudah dewasa
“Mungkin saat bayi, dia tidak akan merasa minder. Tapi ketika sudah bwranjak dewasa, mungkin ada orang-orang yang memperlakukannya berbeda daripada orang pada umumnya. Sehingga muncul rasa minder,” terang Dudi
Walaupun sebenarnya tidak ada batasan usia kapan seorang penderita celah bibir dan Langit-langit harus mendapatkan tindakan.
“Ketika shooter menyatakan pasien siap untuke dapatkan tindakan, baik itu dilihat dari segi kesehatan berat badan dan lain-lain, maka tindakan bisa langsung dilakukan,” tuturnya.
Menurut Ketua Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir & Langit-langit, Ida Ayu Astuti, para pasien yang datang untuk meminta bantuan, akan dilihat dulu kondisinya.
“Satu orang pasien bisa menjalani beberapa fase penyembuhan, mulai dari operasi bibir, langit-langit, sampai treatment pasca operasi dan belajar berbicara,” paparnya.
Semua disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien. Bahkan jika ada pasien yang belum bisa mendapatkan tindakan operasi karena kurang berat badan atau kekurangan nutrisi, maka akan dibantu.
Disinggung mengenai penyebab celah bibir dan langit-langit, Ida mengatakan bisa terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah genetik sekitar 35% ditambah dengan masalah gizi
“Tapi faktor genetik juga bisa ditambah dengan masalah gizi dan keadaan lain. Karena ada loh di satu wilayah yang kasusnya tidak pernah mengalami penurunan,” terangnya.
Kepada calon orang tua yang berencana punya anak, Ida mengingatkan untuk menjaga kehamilan di tri mester pertama. “Dijaga jangan sampai ada trauma di tri mester pertama. Seperti ada benturan dan lain sebagainya. Karena itu juga bisa menjadi salah satu pemicu.
Demikian juga dengan ibu yang mengalami kehamilan yang berat.
“Jangan mudah meminum obat pereda rasa sakit. Jadi harus hati-hati,” tuturnya.
Menurut Ida di Kota Bandung memang sudah jarang ditemukan kasus celah bibir dan Langit-langit. Itu karena masyarakat perkotaan sudah teredukasi, harus dibawa kemana jika ada keluarga yang terkena kasus celah bibir dan langit-langit. (Put)