BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Angka stunting di Kota Bandung turun, meski dalam masa pandemi. Posyandu masih bisa melakukan penimbangan, meski dengan segala keterbatasan.
“Jadi selama ini, RW masih bisa melaksanakan penimbangan balita meskipun dalam masa pandemi,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Ahyani Raksanagara, kepada wartawan Jumat (26/11).
Dengan begitu, bisa didapatkan data bahwa angka stunting di Kota Bandung turun, sebanyak 1.999 atau sekitar 1,34%. Beberapa hal yang mendorong penurunan angka stunting ini adalah pemanfaatan dana maksimal, sanitasi diperbaiki dengan ODF, intervensi seperti ASI eksklusif, dan pemberian makanan tambahan.
Ahyani mengatakan, atas segala upaya penanganan stunting, Kota Bandung mendapatkan apresiasi dari pemerinntah pusat. Karena setiap tahun Kota Bandung melakukan delapan aksi konvergensi dalam mengatasi stunting, dan pada point ke tujuh harus memberikan laporan progres penanganan stunting.
“Karena adanya konvergensi stunting ini, lalu kota Bandung menjadi lokus,” tambah Ahyani.
Kendala pencatatan
Disinggung mengenai ada beberapa kendala dalam melakukan pencatatan data balita di Kota Bandung, Ahyani mengakui hal tersebut. Di antaranya pencatatan data berat badan dan tinggi badan balita.
“Yang namaya pencatatan oleh masyarakat, kan memang mungkin ada kekeliruan. Namun, setelah didata kan akan dilakukan verifikasi,” tegas Ahyani.
Selain itu, Ahyani juga mengatakan, ada sistem yang membantu menyatakan, apakah seorang bayi dinyatakan stunting atau tidak.
“Jadi setelah dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan, akan dimasukkan ke sistem. Sehingga, nanti sistem akan menggolongkan balita tergolong stunting atau tidak,” tambah Ahyani.
Beberapa hal yang mempengaruhi stunting adalah, masukan gizi yang bisa diatur, pola asuh, dan sanitasi.
Sementara itu, Camat Cibiru Didin Dikayuana mengatakan, di wilayahnya ada beberapa ketidak akuratan dalam mencatat data bayi. Salah satunnya adalah data berat badan bayi, di mana ketika menimbang berat badan, skala timbangan tidak menunjukan angka nol.
“Kalau begitu, kan kita tidak bisa benar-benar yakin apakah data yang tercantum merupakan data sebenarnya atau bukan,” kata Didin.
Selain itu, ada juga ketidak akuratan saat mengukur tinggi badan bayi. Di mana mengukur tinggi, ketika balita dalam keadaan digendong. Sehingga, tidak bisas benar-benar diukur berapa tingginya.
“Kita juga bingung, sebenarnya siapa sih yang bisa menentukan seorang bayi ini stunting atau tidak,” tambahnya.