BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — MOST-UNESCO dan Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof. Dr. Tri Nuke Pudjiastuti, M.A., mengatakan riset berperspektif disabilitas, belum banyak dilakukan. Fakta ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya paradigma masyarakat tentang penyandang disabilitas.
“Riset yang berperspektif disabilitas masih menjadi tantangan besar bagi lembaga-lembaga riset maupun universitas, untuk memberikan dukungan perlindungan dan pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas,” kata Nuke seperti dikutip PASJABAR dari laman uns, Senin (24/1/2022).
Nuke menerangkan, saat ini sudah ada beberapa riset berperspektif disabilitas namun baru dari sisi teknologi. Sementara itu, sisi sosial penyandang disabilitas masih belum banyak tersentuh karena selama ini hanya dijadikan variabel.
Selain itu, sambungnya akademisi dan peneliti di Indonesia masih mendikotomikan riset dasar dan riset terapan. Hal ini berakibat pada rendahnya riset terapan, yang berangkat dari isu sosial implementasi kebijakan bagi penyandang disabilitas. Karena itulah, riset-riset yang ada masih belum banyak yang ditindaklanjuti menjadi sebuah kebijakan berperspektif penyandang disabilitas.
Di sisi lain, Anni memandang data tentang penyandang disabilitas di Indonesia tidak valid sehingga belum banyak riset yang mengkaji bidang itu. Menurut Anni data-data yang tersedia berbeda-beda di setiap instansi, sehingga peneliti tidak tahu mana data yang benar-benar valid.
“Data mengenai disabilitas harus benar-benar valid. Selama ini saya belum memiliki data yang benar itu yang mana karena data dari berbagai sumber itu berbeda-beda. Data harus diperkuat sehingga dapat membuka peluang banyak sekali riset,” imbuhnya.
Anni yang merupakan penyandang disabilitas juga mengatakan, banyak infrastruktur bagi penyandang disabilitas di Indonesia yang masih disalahgunakan. Hal ini bisa disebabkan belum banyak masyarakat Indonesia yang tahu tentang fungsi fasilitas tersebut. (*/ytn)