BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Plt Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengaku khawatir dengan kenaikan harga Pertamax menjadi Rp12.500. Yana mengaku khawatir kenaikan harga Pertamax ini, akan diikuti dengan kenaikan harga komoditas lainnya.
“Saya khawatir kenaikan harga Pertamax ini diikuti dengan kenaikan-kenaikan harga komoditas lain, terutama dengan komoditas yang terkait dengan transportasi. Tapi, ya sekarang ini, komoditas mana yang tidak ada sangkutpautnya dengan transportasi,” ujar Yana Kepada wartawan Senin (04/4/2022).
Halnya dengan menaikkan tarif angkutan umum, Yana mengatakan, hal itu harus melalui pembicaraan terlebih dahulu dengan pihak terkait.
“Kita kan belum tahu, apakah pengusaha transportasi keberatan atau tidak. Toh kita sekarang masih belum mendengarkan keluhan mereka. Jangan-jangan mereka malah keberatan kalau tarif angkutan umum dinaikkan,” terangnya.
Halnya dengan kenaikkan harga sembako, Yana mengatakan tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, untuk harga itu merupakan ranah Pemerintah Pusat.
“Yang bisa kita lakukan adalah menjaga ketersediaan barang. Untuk apa barang murah tapi tidak ada di pasaran. Terlebih memang kalau untuk uruan harga, merupakan kewenangan Pemerintah Pusat,” tuturnya.
Disinggung mengenai kemungkinan digelarnya opersi pasar (OP) atau bazar murah, Yana mengatakan yang paling memungkinkan adalah meggelar bazar.
“Kalau OP itu harus ada bantuan dari Pemerintah Pusat dan pabrikan. Sementara untuk bazar murah itu merupakan kebijakan si pelaku usaha. Murahnya harga, itu karena di jalur distribusi yang dipotong, sehingga langsung ke pembeli,” jelasnya.
Oknum
Dihubungi terpisah, Ketua Komisi B DPRD Kota Bandung, Hasan Faozi mengaku bingung dengan kondisi perekonomian negara sekarang.
“Setelah Pertamax dinaikkan, sekarang Pertalite menjadi sulit didapat. Sebenarnya sistem ekonomi seperti apa yang sekarang sedang diterapkan di Indoneisa,” katanya.
Faozi yakin, dengan kondisi sekarag, semua anggota DPRD di setiap tingkatan berpikir keras dan mencari benang merahnya. Untuk bisa mengurai benang kusut perekenomian ini.
“Semua anggota dewan pasti mendapatkan keluhan dari konstituennya,” tutur Faozi.
Faozi mengatakan, kondisi BBM sekarang tidak jauh berbeda dengan kondisi minyak goreng sebelumnya. Di mana setelah harga dinaikkan, minyak goreng curah sulit didapatkan.
Faozi mempertanyakan, tindanakan nyata apa yang sudah dilakukan pemerintah sekarang. Baik itu pemerintah pusat maupu pemerintah daerah.
“Kenapa setelah dua minggu harga minyak dinormalkan, tapi minyak malah sulit didapatkan,” imbuhnya.
Faozi mengaku yakin ada oknum-oknum tidak bertanggug jawab yang membuat keadaan menjadi sulit begini. (put)