Bandung, WWW.PASJABAR.COM – Ada beberapa hal yang berhubungan dengan hakikat Dzat Allah. Bagi manusia, Dzat Allah merupakan sesuatu yang gaib, begitu pula wujud-Nya.
“Dan, Kepunyaan Allah apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan, hanya kepada-Nya semua urusan dikembalikan (QS Hud, 11:123)
Kegaiban meliputi segala sesuatu yang sudah lewat, sesuatu yang tidak terjangkau oleh indra, sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari, hasil perbuatan sihir dan mistik dan kegaiban yang wajib diimani oleh umat Islam yang jelas-jelas dinyatakan dalam Al-Qur’an.
Dzat Allah juga pasti berbeda dengan seluruh makhluk dan hakikat-Nya secara mutlak, baik dalam wujud, sifat, penciptaan maupun hasul dari penciptaan-Nya.
Wujud Allah bersifat mutlak dan berdiri sendiri, karena Dia ada, alam semesta inipun ada. Tanpa ada-Nya, mustahil alam semesta ini ada. Wujud Allah mempunyai keunikan sendiri. Dia tidak dapat diserupakan atau dibandingkan dengan sesuatu apapun.
Sifat Allah pun drmikian. Allah bersifat Esa (Ahad) meliputi segala kesempurnaannya. Atribut kualitatif yang dimiliki Allah, sekalipun secara nisbi (relative)menampakkan persamaan dengan atribut kualitatif manusia atau makhluk lainnya.
“Dialah pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagimu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula. Dijadikannya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS As-Syura, 42:11)
Proses penciptaan yang dilakukan oleh Allah bersifat fragmentaris. Ciptaan-Nya memiliki hubungan sistematik dengan ciptaan lainnya.
“Dia telah menciptakan kamu dari tanah (Bumi) dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya. Karena itu, mohonlah ampunan-Nya, lalu bertobatlah kepada-Nya . Sesungguhnya Tuhanku amat dekat lagi memperkenankan do’a hamba-Nya” (QS Hud, 11:61) (Nis)