JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM– Museum Sasmita Loka Jenderal Ahmad Yani yang terletak di Jalan Lembang no 58 Jakarta Pusat, merupakan rumah yang pernah dihuni oleh Letjen Ahmad Yani pada tahun 1950-an.
Putri ke tiga Ahmad Yani, Amelia A Yani bertutur bahwa sebelum pindah ke rumah ini pada tahun 1955, Letjen Ahmad Yani berserta istri dan ke tujuh anaknya sempat tinggal di sebuah hotel selama delapan bulan.
Anaknya yang ke delapan sekaligus yang terakhir, Irawan Sura Eddy kemudian lahir di rumah ini, tempat dimana Eddy tumbuh dan menyaksikan langsung peristiwa Gerakan 30 September 1965.
“Malam sebelum peristiwa G30S, ayah saya sempat menerima tamu, dari Surabaya, Mayjen Basuki Rahmad dan ajudan Gubernur Jawa Timur, mereka melapor kepada bapak bahwa rumah Dinas Gubernur di rusak oleh Gerwani, tidak pernah terbayangkan dibenak saya bahwa malam itu adalah malam terakhir dalam kehidupan bapak,” tuturnya kepada PASJABAR.
Pasca peristiwa tersebut, sambung Amelia, ibunya, Bandiah Yayu Rulia Sutowiryo merasakan kesedihan yang amat mendalam.
Hingga akhirnya beberapa bulan kemudian ia memutuskan untuk menyerahkan rumah tersebut kepada negara Republik Indonesia untuk dijadikan museum.
“Barang yang ada di museum ini adalah barang- barang yang sudah ada sejak tahun 1955 dan sampai saat ini tidak ada yang diganti ataupun diubah, meja kursinya, pakaian, bahkan uang yang ada di dalam dompet diserahkan kepada negara, termasuk jam tangan dan pulpen milik ayah semua ditinggalkan di sini,” ungkapnya.
Usai gugurnya Letjen Ahmad Yani dalam peristiwa G30S, tidak henti-hentinya keluarga menerima tamu yang mengucapkan bela sungkawa. Keluarga pun dibantu oleh mahasiswa dan TNI yang membawakan makanan dan menerima tamu.
Tak jarang sambung Amelia, tamu-tamu tersebut menitikkan air mata, hingga ada yang pingsan karena merasa kehilangan Letjen Ahmad Yani, ia pun turut merawat tamu-tamu yang pingsan bersama dokter yang ada di rumah.
“Tamu setiap hari terus berdatangan, sampai ada yang pingsan, saya dan adik-adik membantu, akhirnya saya jadi pintar menangani orang sakit karena latihan terus, saat ada yang muntah atau pingsan dokter meminta saya untuk mengambilkan ini dan itu, sehingga menjadi pelajaran otodidak,” ungkap Amelia yang saat kejadian itu masih berumur lima belas tahun.
Setelah kepergian Letjen Ahmad Yani, Bung Karno sempat meminta keluarganya pindah ke rumah yang terletak di Jalan Suropati No 10, namun keluarga tidak merasa betah.
“Kami tidak betah tinggal di rumah Jalan Suropati sehingga kembali ke rumah yang terletak di Jalan Lembang,” imbuhnya.
Pasca rumah tersebut menjadi museum, Yayu membeli rumah di seberang museum dan menjadi tempat tinggal keluarga Letjen Ahmad Yani sampai Yayu meninggal dunia pada tahun 1991, tepat 26 tahun setelah kepergian suaminya.
Setelah Yayu meninggal rumah tersebut kemudian dijual kepada keluarga LB Moerdani.
Museum Sasmita Loka Ahmad Yani, kini menjadi museum yang selalu ramai dikunjungi, baik oleh mahasiswa dan umum yang berasal dari berbagai wilayah di nusantara.
“Saya berharap bahwa museum ini akan menjadi pembelajaran bagi generasi berikutnya, sejarah sebagai pengingat perjalanan bangsa,” pungkasnya. (tiwi)