BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Reak Dog-Dog memeriahkan karnaval HUT ke-78 RI di Desa Wisata Cinunuk yang diikuti oleh kurang lebih 29 RW.
Karnaval tersebut dilaksanakan mulai pukul 08.00 Wib, Kamis (17/8/2023) di Lapang Cendol Cinunuk.
Tim KKN ISBI 2023 Desa Wisata Cinunuk, Anes menyampaikan bahwa dalam kegiatan ini setiap RW menampilkan hasil kreativitasnya masing-masing, seperti membuat teng baja dari bahan-bahan bekas, lodong bambu, patung dan topeng pewayangan.
“Selain itu terdapat berbagai kostum unik, misalnya seragam sekolah SD yang dipakai ibu-ibu, toga wisuda, pakaian daster namun dipakai oleh laki-laki dan masih banyak lagi,” ungkapnya dalam rilis yang diterima PASJABAR.
Yang paling menarik perhatian, sambung Anes adalah setiap RW menampilkan kesenian Reak Dog-Dog. Seperti diketahui ikon kesenian desa wisata Cinunuk adalah Reak Dog-dog. Maka tak heran jika setiap RW pasti memiliki sanggar seni Reak Dog dog.
“Secara umum bentuk pertunjukan seni reak dogdog adalah helaran, sedangkan bagi masyarakat Cinunuk dikenal dengan istilah arak-arakan atau iring-iringan. Reak sendiri berasal dari kata ‘ngareuah-reah’ atau ngaramekeun (memeriahkan, meramaikan),” tuturnya.
Pelaku seni reak terdiri dari sinden, pemain reak dan nayaga, yang lengkap dengan waditranya yaitu, satu unit tilingtit, satu unit tong, satu unit berung, satu unit badubamplak.
“Seiring perkembangan zaman, waditra reak dogdog ditambah dengan satu unit bedug dan satu unit tarompet, difungsikan agar suara alunan musik dapat terdengar lebih keras, iringan helaran tersebut juga dilengkapi dengan seperangkat pengeras suara,” sambung Anes.
Yang memberikan arti dalam seni reak dogdog adalah adanya interaksi dan komunikasi para pelaku seni, masyarakat serta Tuhan. Oleh karenanya kesenian ini pun sering ditampilkan pada saat acara khitanan.
“Dalam perayaan kemerdekaan kali ini kesenian Reak Dog dog masih menjadi andalan setiap karnaval tujuh belasan. Bahkan para pemainnya pun rentan usia 15 sampai 30 an. Hal tersebut menandakan bahwa kesenian-kesenian tradisi di desa Cinunuk sangat dilestarikan dari generasi ke generasi,” pungkasnya. (*/tiwi)