WWW.PASJABAR.COM — Legenda Manchester United, Paul Scholes, mengaku bingung mengapa Liverpool masih memainkan Darwin Nunez sepanjang musim ini.
Nama Darwin Nunez memang sempat mencuri perhatian dari para pendukung Liverpool pada musim 2022-2023 lalu.
Nunez didatangkan Liverpool dari Benfica pada bursa transfer musim panas 2022.
Tidak tanggung-tanggung, Liverpool menebus penyerang asal Uruguay tersebut dengan biaya transfer mencapai 80 juta euro (sekitar Rp1,4 triliun).
Keputusan The Reds berani menebus Nunez dengan harga tinggi pun bukan tanpa alasan.
Menurut data Transfermarkt yang dikutip BolaSport.com, Nunez memang tampil menakjubkan semusim sebelum datang ke Liverpool.
Pada musim 2021-2022, penyerang berusia 24 tahun itu tampil sebanyak 41 kali untuk Benfica di berbagai kompetisi.
Dari 41 laga itu, Nunez sukses mencatatkan 34 gol dan empat assist.
Bahkan, Nunez ikut mengantarkan Benfica mencapai babak perempat final Liga Champions kala itu.
Berkat penampilannya tersebut, Liverpool langsung kepincut dengan Nunez.
Alhasil, jebolan tim muda Penarol itu pun memutuskan untuk pindah ke Anfield pada awal musim 2022-2023.
Namun, bukannya menunjukkan performa menjanjikan, Nunez justru gagal memenuhi ekspektasi para pendukung.
Memasuki musim keduanya bersama Liverpool, Nunez masih belum menunjukkan taringnya kalau disesuaikan dengan harga mahalnya.
Penyerang kelahiran Artigas, Uruguay itu baru mencatatkan 22 gol dan 11 assist dari 66 pertandingan di lintas ajang.
Padahal, ia diproyeksikan untuk menjadi bomber andalan Liverpool.
Bahkan, dalam 10 laga terakhir The Reds pada musim ini, Nunez belum mencetak satu gol pun.
Kondisi tersebut membuat legenda Manchester United, Paul Scholes, bertanya-tanya.
Ia bingung mengapa Liverpool masih memainkan Nunez sebagai penyerang sepanjang musim ini.
“Saya pikir celah terbesar dalam permainannya adalah kualitas penyelesaian akhirnya. Dapatkah Anda melihat hal itu membaik pada tahap ini?” ucap Scholes seperti dikutip BolaSport.com dari HITC.
“Saya pikir terkadang hal tersebut sangat bergantung pada insting, bukan?”
“Anak ini, saya tidak yakin apa yang akan dia lakukan. Saya tidak berpikir dia benar-benar tahu apa penyelesaian yang tepat.”
“Di sisi lain, dia memiliki energi. Dan, bagi Liverpool, mereka menyukai itu. Mereka menyukai penyerang tengah yang berlari.”
“Namun, pada akhirnya, sebagai penyerang tengah, Anda harus mencetak gol dan dia mendapatkan beberapa posisi bagus.”
“Anda tidak pernah mengharapkannya untuk mencetak gol. Saya tidak berpikir tekniknya, dalam hal penyelesaian akhir, cukup bagus.”
“Saya pikir, sebagai seorang penyerang tengah, penyelesaian akhir adalah tentang memiliki pikiran yang jernih pada waktu yang tepat. Yang terbaik memilikinya.”
“Saya tidak yakin anak ini memilikinya. Ia sangat emosional. Dia sering membuat pilihan yang salah.”
“Akan tetapi, para penggemar Liverpool menyukainya. Orang-orang akan menyukai apa yang dia lakukan untuk tim.”
“Namun, tidak memiliki sedikit ketenangan, sedikit ketika Anda melakukan serangan dan Anda memiliki peluang yang jelas, tiba-tiba, pikiran Anda menjadi jernih. Anda tahu apa yang akan Anda lakukan.”
“Michael (Owen) dapat melakukan hal tersebut. Para penyerang tengah terbaik pun bisa melakukannya. Anda hanya tidak yakin hal itu akan terjadi dalam permainannya,” pungkas Scholes.