BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Dalam rangka HUT PT Dirgantara Indonesia (PTDI) ke-48 digelar Seminar Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL) bertajuk “Kolaborasi Mewujudkan Ketahanan Pangan, Energi Baru Terbarukan dan Pelestarian Lingkungan” sebagai kolaborasi pentahelix, yang di laksanakan di Gedung Dirgantara 2, PTDI Bandung, Kamis(22/8/2024).
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Gita Amperiawan mengatakan, seminar tersebut bagian dari rangkaian HUT PT Dirgantara ke-48, serta menjadi bagian dari dedikasi PT Dirgantara Indonesia untuk masyarakat dan lingkungan.
“Dan kolaborasi kita kali ini antara PTDI dengan perguruan tinggi yakni Unpas (Universitas Pasundan) dengan Direktif Bahan Ketahanan Pangan Nasional dan Pemprov Jabar, sebagai upaya untuk mewujudkan Ketahanan Pangan dan Energi. Dan ini menjadi bagian dedikasi PTDI untuk masyarakat dan lingkungan, dan sekarang yang diangkat adalah program dan kolaborasi ketahanan pangan,” jelas Gita.
Ditambahkannya, sejauh ini PTDI sudah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak dengan objek sorgum dan dilakukan di PTDI sebagai industri sebagai industri yang bergelut dengan teknologi dan rekayasa.
“Dan kami memberikan sumbangsih dan tanggungjawab kepada masyarakat dan lingkungan untuk melakukan desain dan moderanisasi terhadap pengolahan Sorgum. Sementara Unpas dari perguruan tinggi, memiliki knowledge tentang Sorgum, serta Unpas memiliki Gapoktan binaannya. Ada juga dari Badan Ketahanan Pangan, yang memberikan direktif kepada kita, bagaimana itu menjadi bagian dari bagian ketahanan pangan. Sedangkan Pemprov Jabar dan nanti bersama dengan Paguyuban Pasundan akan mulai kita jajaki untuk kolaborasi Sorgum ini. Sehingga ini adalah suatu bentuk kolaborasi ketahanan pangan,” paparnya.
Ia berharap, dengan seminar kolaborasi itu bisa menjadi speed up agar ide-ide ketahanan pangan tersebut bisa segera terwujud, dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Jabar khususnya dan nasional kedepannya.
Edukasi Aneka Ragam Konsumsi Pangan
Sementara itu, dari Badan Pangan Nasional, yaitu Direktur Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Rinna Syawal, mengatakan, Badan Pangan Nasional salah satu tugasnya yakni bagaimana menganeka ragamkan konsumsi pangan masyarakat.
“Jadi kenyang engga harus nasi, itu adalah salah satu edukasi mengubah maindset masyarakat. Bahwa yang namanya pangan kita tidak hanya satu komoditas, namun, kita sudah punya punya potensi yang luar biasa, baik itu sumber karbohidrat, sumber protein vitamin dan mineral. Dan sekarang yang dibahas adalah sorgum adalah sumber pangan yang bisa kita optimalkan,” jelasnya, yang juga menjadi keynote speaker dalam seminar.
Menurutnya, untuk mengubah maindset itu memang harus dilakukan secara keseluruhan dari hulu sampai hilir, “Jadi memang harus end to end, karena yang susah itu bagaiaman mengubah maindset kenyang engga harus nasi. Bukan menggantikan nasi, untuk tidak dikonsumsi, namun bagaimana menganekaragamkan,” tegasnya.
Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, Siti Rochani menyebutkan jika salah satu PR di kedinasannya yakni bagaimana ketahanan pangan di Jabar.
“kami sangat apresiasi terhadap kegiatan seminar ini ternyata kolaborasi dari mulai pusat, provinsi daerah serta stakeholder PTDI, Perguruan Tinggi dan Organisasi masyarakat dan media massa, itu harus berkolaborasi dan akan menjadi salah satu bahan kami di DKPP khususnya di ketahanan pangan. Dan sorgum itu ternyata bukan hanya food tapi feed, karena bukan hanya bisa dimakan, namun juga ampasnya bisa menjadi pakan ternak jadi tidak ada yang terbuang,” akunya.
Ia menambahkan, jika kerjasama dengan PTDI untuk riset dan teknologinya akan dilakukan Pemorv Jabar, agar banyak berinteraksi dan mengkampanyekan kepada masyarakat, bagaimana supaya tidak harus makanan pokok itu selalu nasi, saja namun bisa dengan berbagai produk yang lain.
Salah satu pemicara dalam seminar yakni Prof. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si, dari Unpas mengatakan, pihaknya sudah mengembangkan sorgum, hampir delapan tahun.
“Sejauh ini mulai tahun kemarin sampai sekarang program sorgum kita sudah mulai diimplementasikan ke masyarakat, dan lokasinya di PTDI ada Sorgum center, dan juga kami bekerjasama dengan Pemkot Bandung, khususnya Dinas Ketahanan Pangan Kota Bandung yang menyediakan lahan 1,5 hektar dan rencananya tahun depan 5 hektar khusus pengembangan sorgum,” paparnya.
Dosen Fakultas Teknik Unpas tersebut mengatakan kedepan Pemkot Bandung bukan hanya menyediakan lahan sorgum, namun juga tempat industrinya. “Tapi masih skala mini plant, belum bisa industri besar, karena produksi kami masih terbatas,” jelasnya.
Ia mengatakan sorgum bisa menjadi salah satu soulsi ditengah makin sempitnya lahan pertanian khususnya di Perkotaan termasuk Kota Bandung,
“Sorgum memang bisa menjadi solusi, karena Sorgum ini bisa ditanam di lahan yang tidak produktif, seperti yang sekarang dilakukan di Sekemala Kota Bandung, itu adalah lahan tidak produktif dan itu kami tanam dan hasilnya bagus. Jadi biarkan saja lahan produktif padi tetap menjadi lahan padi, namun lahan tidak produktif bisa kita gunakan untuk Sorgum,” tutupnya.
Sedangkan pembicara dalam seminar tersebut yakni Manager TJSL PTDI, Kerry Apriawan, Kepala Desa Panjalu, Yuyus Surya Adinegara, Guru Besar Teknologi Pangan dan Ketua Sorghum Center Universitas Pasundan, Wisnu Cahyadi, serta keynote speaker dari Badan Pangan Nasional, yaitu Direktur Penganekaragaman & Konsumsi Pangan, Rinna Syawal dan dari Pemerintah Daerah, yaitu Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan & Peternakan Provinsi Jawa Barat, Siti Rochani. (tie)