BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Sebagai langkah bersama mencegah DBD, Takeda Innovative Medicines bersama Kementerian Kesehatan RI dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat hadir dalam kegiatan langkah bersama cegah demam berdarah dengue (DBD) di Mal Paskal 23, Kota Bandung, Sabtu (7/9/24) siang.
Kegaiatan berupa edukasi seputar DBD serta upaya pencegahannya disampaikan dari 6-8 September 2024. Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht menyampaikan bahwa DBD ini penyakit mengancam jiwa yang menjangkit siapa pun. Semua orang di Indonesia beresiko terjangkit DBD, terlepas di mana mereka tinggal, usia, atau gaya hidupnya.
Bahkan, anak sekolah dan orang dewasa yang bekerja paling rentan terjangkit dan yang memprihatinkan, DBD ini salahsatu penyebab utama kematian pada anak-anak.
“Kami sangat bersemangat menggelar kegiatan ini dari satu kota ke kota lain menyerukan agar kami menjadi lebih proaktif dan bersatu dalam memerangi DBD. Kami berkomitmen menjadi mitra jangka panjang bagi pemerintah, tenaga kesehatan, swasta, dan pemangku kepentingan lain dalam melawan DBD di tanah air,” ucapnya.
Pihaknya meyakini, melalui sinergi yang kuat antara pihak swasta, pemerintah pusat, pemerintah daerah, tenaga kesehatan, sekolah, dan masyarakat maka dapat membuat perubahan.
“Bersama, kami akan mampu menjadikan DBD bukan lagi penyakit yang menakutkan, dan menciptakan Kota Bandung bebas DBD dengan menjaga implementasi 3M Plus serta mempertimbangkan metode perlindungan lain yang inovatif,” katanya.
Diketahui berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kumulatif kasus DBD di Indonesia sampai dengan minggu ke-33 2024 adalah sebanyak 181.079 kasus dengan 1.079 kematian, lebih tinggi dibandingkan jumlah keseluruhan kasus sepanjang 2023, yaitu 44.438 kasus DBD dengan 322 kematian.
Di Kota Bandung jumlah kasus DBD tertinggi pada periode yang sama dengan 46.594 kasus dan 281 kematian. Hal inilah salah satunya yang melatarbelakangi kegiatan ‘Langkah Bersama Cegah DBD’ diselenggarakan di Kota Bandung sebagai bagian dari upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya melakukan pencegahan DBD. Bandung menjadi kota ketiga diselenggarakannya ‘Langkah Bersama Cegah DBD’ setelah Surabaya dan Jakarta.
“Provinsi Jabar terus hadapi tantangan serius dalam mencegah dan mengendalikan DBD. Setiap tahun, banyak warga terkena dampak penyakit ini utamanya daerah-daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Jabar, R Vini Adiani Dewi.
Sampai awal September 2024, Pemprov Jabar mencatat ada 47.525 kasus DBD di Jawa Barat dengan 286 kematian. Selain itu, pemprov Jabar berupaya semaksimal mungkin melalui program pengendalian vektor dan peningkatan kesadaran masyarakat.
“Pencegahan DBD bukan hanya tugas pemerintah, tapi ini tanggung jawab kami bersama. Lewat kolaborasi dengan pemerintah pusat, kami berkomitmen menurunkan angka kasus dan kematian akibat DBD di Jawa Barat,” imbuhnya.
Vini juga mengajak seluruh warga Jawa Barat untuk ikut aktif dalam pencegahan DBD melalui praktek 3M plus dan memanfaatkan inovasi vaksin DBD demi kesehatan dan keselamatan bersama.
Plt Direktur Pencegahan dan Pengenalian Penyakit Menular (P2PM) pada Kemenkes RI, Anas Maruf mengatakan bahwa Indonesia menghadapi beban signifikan yang disebabkan DBD, dengan ribuan kasus yang dilaporkan setiap tahun.
Pemerintah telah menyusun strategi nasional yang komprehensif untuk memerangi penyakit ini, dengan fokus pada penguatan sistem surveilans, pengendalian vektor, dan pemberdayaan masyarakat. Tak hanya itu, melalui strategi nasional pengelolaan dengue 2021-2025, mereka menetapkan target menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD secara berkelanjutan.
“Perlindungan menyeluruh sangat penting, apalagi resiko DBD yang mengancam semua orang tanpa terkecuali. Kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD menjadi bagian terintegrasi dari upaya ini, memberikan edukasi dan solusi preventif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Jadi, kerjasama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, kami dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dari DBD,” ujarnya.
Dokter spesialis anak, dr Buti A Azhali menambahkan, masih banyak miskonsepsi seputar DBD yang beredar di masyarakat. Sebagian orang yang pernah terinfeksi DBD beranggapan bahwa mereka sudah kebal alias tidak akan terinfeksi lagi. Padahal, karena adanya empat serotipe virus dengue, infeksi DBD bisa berulang, bahkan beresiko lebih parah.
“Memastikan perlindungan yang lebih baik melalui langkah-langkah pencegahan yang tepat sangatlah penting, salah satunya melalui metode vaksinasi. Saat ini, vaksin DBD yang tersedia dapat diberikan kepada kelompok usia 6-45 tahun dan telah direkomendasikan penggunaannya oleh beberapa asosiasi medis, termasuk oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bagi anak usia 6-18 tahun, dan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bagi usia 19-45 tahun,” katanya.
Selain itu, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, lanjutnya, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan. Namun, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan.
“Terkait dengan pemberian vaksin secara bersamaan dengan vaksin lain, tentunya masyarakat perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter tentang hal tersebut,” ucap dr Buti.
Dalam kesempatan ini pun Gelandang sekaligus kapten Persib Bandung, Marc Klok turut hadir dalam kegiatan ini. Dia pun mengaku merasa tenang telah memiliki peace of mind, lantaran telah mendapatkan perlindungan yang optimal dari DBD.
“Saya sudah vaksin DBD lengkap. Awalnya saya tak tahu soal ini, tapi akhirnya setelah mendapatkan informasi akhirnya saya mencoba dan memang fokus pada kesehatan diri dan keluarga. Penting sekali memang bagi saya sebagai atlet untuk vaksin DBD dan tentu masyarakat. Karena, pergi ke mana pun pasti nyamuk ada di mana-mana,” pungkas Klok. (Arf)