BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Sudah hampir satu bulan terakhir, harga kebutuhan pokok seperti daging ayam dan telur terus mengalami kenaikan di sejumlah pasar tradisional Kota Bandung.
Salah satunya di Pasar Kosambi, di mana harga dua komoditas utama itu melambung akibat terbatasnya pasokan barang di pasaran.
Kenaikan harga ini diduga dipicu oleh keterbatasan stok yang harus dibagi antara kebutuhan pasar umum dan program pemerintah yang menyediakan makanan bergizi gratis. Kondisi tersebut membuat daya beli masyarakat menurun, sementara para pedagang mengaku kesulitan mendapatkan suplai barang.
Harga Ayam Sentuh Rp42 Ribu, Telur Tembus Rp31 Ribu per Kilogram
Berdasarkan pantauan di Pasar Kosambi, harga ayam potong kini mencapai Rp42 ribu per kilogram, naik sekitar Rp8 ribu dari harga normal yang berkisar Rp34 ribu per kilogram. Sementara harga telur ayam ras menembus Rp31.500 per kilogram, dari sebelumnya hanya Rp26 ribu.
Reno, salah satu pedagang ayam di Pasar Kosambi, mengatakan bahwa stok ayam dari pemasok kini semakin terbatas, sementara permintaan tetap tinggi. “Sekarang stok susah, harga dari kandang juga sudah naik. Pembeli jadi banyak yang ngeluh karena mahal,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Martin, salah satu pembeli, yang mengaku terpaksa mengurangi porsi belanja akibat mahalnya harga kebutuhan pokok. “Biasanya beli satu kilo, sekarang paling setengah. Harga ayam dan telur sekarang bikin berat di kantong,” katanya.
Pedagang Harap Pemerintah Turun Tangan
Kondisi ini menyebabkan omzet para pedagang turun hingga 50 persen. Mereka berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan harga ayam potong dan telur ayam di pasaran.
“Kalau terus naik begini, masyarakat kecil yang paling susah. Kami berharap pemerintah bisa segera menormalkan harga,” ujar Reno.
Para pedagang juga mengimbau agar penyaluran stok dari pemasok bisa lebih merata, sehingga tidak hanya terserap untuk program tertentu, tetapi juga memenuhi kebutuhan pasar rakyat. (uby)












