BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Dalam rangka memperingati hari Pendidikan Pasundan ke 98 Yayasan Pendidikan Dasar dan Menengah (YPDM) Pasundan menggelar acara NgopiPAS atau Ngobrol Rupi – Rupi Pasundan, dengan tema Mengembalikan Kejayaan Pendidikan Pasundan pada Kamis (18/6/2020) di Lantai V Aula Mandalasaba R. Djundjunan Gedung Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatra No 41 Kota Bandung yang disiarkan langsung dalam channel youtube PAS TV dan live zoom.
Acara yang dinarasumberi oleh Iip D Yahya dan Rifki Adiyana dengan Host ketua YPDM Dr. T Subarsyah SH, S.Sos., Sp. M.M ini pun dihadiri langsung oleh Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan Prof.Dr.H.M.Didi Turmudzi,M.Si. dan Ketua Bidang Pendidikan Paguyuban Pasundan yang juga Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp. MSi. M.Kom.
Ketua Umum PB Paguyuban Pasundan Prof.Dr.H.M.Didi Turmudzi,M.Si. mengungkapkan bahwa YPDM Pasundan hadir sebagai lembaga pendidikan untuk mencapai visi terwujudnya masyarakat yang memiliki harkat dan martabat dengan misi memerangi kemiskinan dan kebodohan.
“Dalam memerangi kemiskinan, maka hal yang bisa dilakukan dengan dua cara yakni melalui pendidikan dan ekonomi. Dalam menjawab tantangan tersebut maka dilahirkan pendidikan pasundan pada tahun 1922 di Tasikmalaya untuk kemudian seiring bergulirnya waktu lahir pendidikan tinggi pasundan,” tandasnya.
Di samping itu, Prof Didi pun sempat mengulas mengenai realitas paradox di abad 20 dan 21 meliputi perkembangan ilmu dan teknologi akseleratif, globalisasi dan lokalisasi, perkembangan ekonomi dan pasar bebas, interaksi kultural , pergeseran nilai dan perubahan sikap dan prilaku seperti terciptanya tuhan tuhan digital membentuk materialisme bahkan cenderung hedonisme.
“Hal ini pun menyebabkan lahirnya ksenjangan ekonomi antara yang kaya dengan yang miskin. Selain itu, kejahatan semakin marak baik secara konvensional maupun canggih, adanya intoleransi dalam berbangsa serta etik moral bangsa yang ada dalam titik nadir, juga politik yang tidak beretika dan rakus,” Paparnya.
Saat ini pendidikan pun tidak memiliki netral ideologi sehingga terjadi liberalisme pendidikan yang lahir dari imperialisme barat serta menekankan kebebasan. Di samping terjadinya kapitalisme pendidikan, konservatisme pendidikan komunitas tertentu yang tidak mau disentuh dan tidak mau megikuti perkembangan perubahan.
“Saat ini pendidikan menjadi terpisah dari aspek akhlak, moral dan budaya yang menjadi tujuan pendidikan nasional. Selain itu mestinya pendidikan juga dapat melahirkan iman dan takwa yang merupakan hal substansial dalam pendidikan yang sampai saat ini masih kurang, belum optimal dan harus kita intropeksi bersama. Hal lainnya adalah krisis ekonomi karena tingginya korupsi, struktur hukum yang terpuruk dan pendekatan hukum yang rigid sehingga melahirkan krisis kepercayaan terhadap lembaga hukum,” jelasnya.
Adapun di tengah pandemi ini, terang Prof Didi telah memberikan dampak kepada anak-anak yakni ketergantungan gadged, perkembangan terhambat baik psikologi dan kecerdasan, gangguan tidur, prestasi menurun, prilaku agresif pada anak yang menonton kekerasan, adanya efek radiasi, pikun digital, interaksi sosial dan kreatifitas menurun.
“Dari hal ini, maka YPDM Pasundan harus melakukan sesuatu. Yakni melaksanakan pembenahan kurikulum, ahlak dan mental serta membangun setiap diri dengan nilai-nilai kebaikan. Bagaimana kita melakukan penguatan pengembangan teknologi dan informasi, penjaminan mutu yang terus dikembangkan, pendidikan yang peka dan sensitif terhadap realita sosial, penguatan nilai pancasila. Pembenahan sistem pendidikan ini di masa depan dapat membangun manusia yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dipandu akhlak yang baik serta mendekatkannya dengan al-qur’an,” paparnya.
Sementara itu, Rektor Unpas Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp. MSi. M.Kom menambahkan bahwa tema yang diangkat dalam diskusi sat ini adalah tepat yakni megembalikan kejayaan pasundan karena pada abad ini segala hal telah mengalami perubahan.
“Pandemi COVID 19 menyebabkan transformasi dalam berbagai hal, termasuk pendidikan. Kondisi pendidikan di Indonesia sudah mengalami carut marut, terlebih dengan adanya pandemi ini. Berdasarkan riset, posisi anak Indonesia yang berusia 15 tahun ada di peringkat ke 75 dari 78 negara dari keterampilan membaca dan pengetahuan, matematik yakni berpikir rasional dan science. Oleh karena itu bagimana YPDM Pasundan harus turut berperan dalam melahirkan generasi penerus yang memiliki kemampuan literasi, humanis dan pedagogig yang diseimbangi dengan nilai-nilai yang ada dalam Al-quran dalam ahlak dan moral,” tandasnya. (Tan)