WWW.PASJABAR.COM — Para pemain sepak bola Republik Demokratik (RD) Kongo berdiri dalam protes untuk tidak menyanyikan lagu kebangsaan dan melakukan aksi menutup mulut. Mereka pun membentuk pistol dengan tangan kiri dan mengarahkan ke pelipis mereka.
Hal itu mereka lakukan jelang dimulainya laga Semifinal Piala Afrika 2023. Laga Semifinal Piala Afrika AFCON 2023 yang dimainkan antara RD Kongo menghadapi tuan rumah Pantai Gading pada Kamis (8/2) di Olympic Stadium of Ebimpe itu terselip protes diam-diam yang dilakukan oleh pemain RD Kongo.
Pada saat lagu kebangsaan RD Kongo diperdengarkan, para pemain yang diturunkan memilih untuk tidak menyanyikan lagu kebangsaanya dan memilih untuk serentak menutup mulut dan mengarahkan tangan kirinya membentuk pistol ke pelipis kepala mereka.
Aksi tersebut bertujuan untuk menarik perhatian pada pembunuhan yang terjadi di Kongo Timur, dimana terjadinya bentrokan antara tentara dan pemberontak M23 yang telah membuat ribuan orang mengungsi.
RD Kongo telah bergulat dengan ketidakstabilan domestik dan perselisihan politik di negaranya, terutama setelah pemilihan yang diperebutkan pada akhir tahun 2023. Kerusuhan tersebut semakin diperparah dengan pemberontakan bersenjata di timur negaranya yang dipimpin oleh kelompok pemberontak M23.
Disaat negara mereka bergulat dengan kekerasan dan kekacauan, tim berjulukan The Leopards itu berusaha untuk menyoroti penderitaan yang dialami oleh rekan senegaranya.
Usai pertandingan, Pelatih mereka Sebastian Desabre dalam konferensi persnya menjelaskan terkait aksi yang ditunjukkan oleh timnya.
“itu adalah pesan untuk menunjukkan dukungan terhadap para korban dan memberitahu kepada semua orang bahwa memang ada hal-hal yang terjadi di Timur dan perlu menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang kecewa tentang itu,” ujar Desabre dikutip melalui Pulse Sports
Ia juga mengungkapkan bahwa Sepak Bola menjadi elemen penting sebagai harapan untuk persatuan suatu bangsa.
“Tim sepak bola nasional merupakan kekuatan pendorong dalam suatu bangsa dan malam ini tugas kami untuk memberitahu kepada semua orang tentang apa yang terjadi dibalik layar,” ujar Desabre.
Sebelumnya Kapten mereka Chancel Mbemba dan Cedric Bakambu juga telah mencoba menyuarakan kesadaran mengenai masalah ini pada hari Senin melalui media sosial pribadinya.
“memikirkan semua korban kekejaman di Goma dan keluarga mereka, saya berdoa dengan sepenuh hati agar negara saya mendapatkan kedamaian kembali,” tulis Mbemba di X.
“Semua orang melihat pembantaian di Kongo Timur tapi semua orang diam, taruh energi yang sama anda untuk berbicara tentang Piala Afrika menyoroti apa yang terjadi dengan kami,” ujar Bakambu dalam akun X nya.
Terlepas dari Upaya yang gagah berani, perjalanan RD Kongo di Piala Afrika harus berakhir dengan kekalahan 1-0 atas tuan rumah Pantai Gading, tetapi pesan mereka mampu bergema melampaui lapangan.