BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Sempat mengenyam pendidikan di Universitas Andalas pada tahun 1990 pada jurusan kajian sosial, namun pada akhirnya Dekan Fakultas Hukum (FH) UNPAS, Dr. Anthon Freddy Susanto S.H M.Hum memutuskan untuk berkuliah di Kota Kembang, tepatnya di Unpas pada jurusan Hukum.
Kala itu, dikatakan Anton, bidang hukum menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk ia dalami, bahkan kefokusannya dalam belajar ilmu hukum mengantarkannya menjadi mahasiswa berprestasi tingkat nasional pada tahun 1992, disamping itu, ia pun kerap mengikuti berbagai lomba karya tulis dan pada tahun 1994 diangkat menjadi Ketua BEM UNPAS.
“Pada tahun 1996 saya mulai mengajar di UNPAS dan pada tahun 1997 saya diangkat menjadi dosen penuh,” tandas lulusan magister UNDIP pada jurusan Ilmu Hukum tahun 2001.
Lulusan cumlaude doktor di UNDIP pada jurusan Ilmu Hukum tahun 2007 ini pun sempat menjadi wakil dekan 3, untuk kemudian menjadi wakil dekan 1 selama tiga periode dari tahun 2004 , hingga pada akhirnya diangkat menjadi Dekan Fakultas Hukum pada desember 2018 lalu.
Selain mengajar di UNPAS, Anthon juga sempat mengajar di UNRI, UNILA, UNDIP, dan berbagai universitas lainnya. Serta menjadi Staf Ahli pustlitbang mabesporli tahun 2009 hingga 2015. Menjadi Staf ahli tenaga yudisial pada tahun 2010 hingga 2016, menjadi asseccor BAN PT, viewer SIMLIPTA MAS, menjadi ketua Asosiasi Filsafat Hukum Indonesia. Serta berkecimpung dengan beberapa karya ilmiah dan tulisan yang sudah diterbitkan.
“Saya lahir dari keluarga pendidik, orang tua saya adalah guru, begitupun dengan bibi dan paman saya. Meskipun tidak merencanakan dengan pasti, namun tanpa disadari menjadi pendidik cukup melekat dan mengantarkan saya menjadi dosen, sebuah profesi yang saya jiwai dan sangat nyaman untuk saya jalani,” terang pria kelahiran Bandung, 17 Mei 1969.
Advokat di bidang lingkungan ini juga bercerita bahwa ia sempat mencoba bekerja disebuah perusahaan dan juga bank, namun ternyata hal tersebut tak membuatnya betah, karena terkerangkeng oleh jam kerja, berbeda dengan dosen yang dapat mengelola waktu dengan lebih fleksibel sehingga punya waktu lebih bersama keluarga dan menulis lebih banyak karya.
“Mengajar selama 23 tahun ini sangat menyenangkan bagi saya meski juga memiliki tantangan karena mengajar itu mendidik, paling tidak kita harus memberikan contoh yang baik bagi mahasiswa, bagaimana materi pembelajaran dapat sampai, memahami bidang yang cocok untuk ditekuni oleh mahasiswa, memberikan mereka motivasi dan semangat untuk terus belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk meningkatkan kapasitas mereka,” terangnya kepada pasjabar, Rabu (24/7/2019).
Anthon memaparkan bahwa nilai-nilai yang selalu ia terapkan kepada mahasiswa adalah bagaimana membangun diri menjadi manusia pembelajar, bahwa pembelajaran itu tidak pernah putus setelah ke luar dari kelas. Lebih dari pada itu juga belajar dari lingkungan sekitar ataupun berbagai realita yang ada.
“Saya juga selalu menyampaikan kepada mahasiswa untuk belajar dengan penuh kegembiraan. Dan bagaimana saya dapat memberikan pengajaran dengan metode yang juga menggembirakan, misalnya dengan metode simulasi, games dan alternatif lainnya. Tidak one way system, melainkan multiple mothod, dimana mahasiswa menjadi pusat pembelajaran atau student learning centre,” paparnya.
Selaras dengan visi Paguyuban Pasundan, Anthon pun ingin mewujudkan mahasiswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga melandasi sikapnya dengan nilai-nilai etika dan budaya sunda serta keislaman. Yang memiliki kontrol diri guna menjaga dirinya kedepan.
“Pendidikan memiliki peran yang sangat vital bagi pembangunan moralitas, pendidikan juga menjadi solusi dari berbagai macam krisis, selain moral tentunya krisis identitas maupun krisis harga diri. Pendidikan adalah salah satu wadah yang membangun mental dan moral seseorang,” tandasnya.
Ayah dari tiga orang anak ini juga mengulas bahwa dosen memiliki peran yang signifikan dalam pendidikan. Mengingat bahwa dosen merupakan mediator antara ilmu pengetahuan dan mahasiswa, dimana proses transfer ilmu pengetahuan berlangsung. Disamping itu, dosen juga merupakan fasilitator yang mestinya bersikap egaliter, kosmopilitan dan mengikuti perkembagan jaman, agar tidak ketinggalan dengan para mahasiswanya.
“Dari pengalaman selama ini, saya memiliki motto hidup yakni manusia pembelajar. Karena kita menjalani hidup tidak gratis, mencari makna dan memberi makna dan diaplikasikan dalam kehidupan kita, bahwa setiap saat adalah proses pembelajaran yang membuka dan mengingatkan jika ada kehidupan lain setelah kehidupan saat ini dan kita perlu bertanggungjawab untuk itu,” ucapnya.
Terakhir, Anthon pun berharap bahwa ia dapat menjaga amanah sebagai dekan, mampu bertanggung jawab keluarga, institusi dan Allah SWT.
“Untuk Fakultas Hukum, semoga makin maju, memiliki jati diri yang dikenal oleh masyarakat hukum dengan kekhasan katakternya. Semakin progresif baik di tingkat nasional maupun internasional dan mendapatkan partisipasi serta dukungan dari semua pihak,” punkasnya sore itu. (Tan)