BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Revolusi Industri 4.0 membuat TNI harus melakukan perubahan besar dan cepat. Salah satunya yakni mengirim prajurit terbaiknya untuk mengikuti pendidikan S2 dan S3 ke Rusia dan beberapa negara pilihan.
Hal tersebut diungkapkan Komando Satuan Induk Badan Intelijen Stategis (BAIS) TNI, Brigjen TNI Gina Yogindo, M.Si (Han) yang membacakan kuliah umum yang sebelumnya akan disampaikan oleh Kepala Badan Intelijen Stategi (Ka BAIS) TNI Krisenda Wiranata Kusumah,MA dalam rangka Milangkala Paguyuban Pasundan ke 106 di Gedung Mandalasaba dr. Djoendjoenan Lantai 5 Paguyuban Pasundan, Kamis (22/8/2019).
“Globalisasi di era revolusi industry 4.0 berimplikasi pada perubahan strategi perang dan tempur dalam dunia militer, penggunaan teknologi menuntut stategi dan kemampuan militer tinggi yang mengawakinya untuk perubahan teknologi yang drastis dan cepat yang muncul pada revolusi industri,” paparnya.
Hal itu disebutkan Gina akhirnya memaksa militer berevolusi lebih cepat dan mengubah perubahan yang sangat basar. Salah satunya yakni memperkuat sumberdaya manusia dengan mengirim tantara teraiknya S2 dan S3, untuk belajar ke negara terbaik di Rusia dan beberapa negara terpilih yang memiliki teknologi yang tinggi dibidang kemiliteran.
Saat ini revolusi industry 4.0 sudah menggeliat, revolusi industry yang dilakukan menerapkan konsep otomataisasi tanpa tenaga manusia dalam mengaktifkannya hal itu merupkan hal vital yang perlu diikuti oleh militer, terutama dalam efisianesi waktu SDM dan biaya.
“Bukan hanya itu, pemutakhiran data bisa dilakukan kapan saja oleh dunia milter melalui internet. Sebuah revolusi memberikan efek besar kepada dunia dan kehidupan bahkan diyakini dapat meningkatkan kehidupan ekonomi,” terangnya.
Meski demikian, keberadaan industri 4.0 bukan hanya memberikan kontribusi positif kedalam kehidupan, namun juga tidak sedikit peluang tantangan dan dampak yang ditimbulkannya apalabila tidak bisa mengikutinya.
“Ini akan menjadi tantangan namun juga dapat menimbulkan halangan dan ancaman. Potensi kerawanan dan ancaman tersesebut harus bisa diditesi dan diantisipasi secara cepat sehingga diperlukan stategi dalam mengahadapinya. Dalam konteks berbangsa dan bernegara pendekatan startegi untuk menghadapi kerawanan pendekatan dilakukan sesuai bidangnya apalagi revolusi industry 4.0 menyetuh keseluruh bidang strategis,” jelasnya.
Sementara itu Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, Prof. Didi Turmudzi mengatakan jika kuliah umum bersama BAIS tersebut bisa membuat warga mengetahui bagaimana kondisi di tanah air saat ini, terutama dalam revolusi industry 4.0.
“Paguyuban Pasundan juga sudah sangat berperan dalam terbentuknya TNI, dan juga menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara. Salah satunya dengan memerangi kemiskinan dan kebodohan,” tuturnya.
Dengan eksistensi Paguyuban Pasundan di berbagai negara dan daerah dikatakan Didi menjadi salah satu cara untuk menjaga kesatuan dan keutuhan berbangsa Indonesia. (tie)