BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Manajemen Persib Bandung sudah mengirim surat protes ke PSSI dan PT Liga Indonesia Baru. Itu sebagai respon atas aksi pelemparan bus Persib dalam perjalanan pulang seusai melawan PS Tira Persikabo.
Persib meminta pihak-pihak terkait, termasuk panitia pelaksana pertandingan, untuk memproses secara hukum kejadian tersebut. Sebab, keamanan Persib tidak dijamin saat melawat ke Bogor.
“Jadi kita mohon ditindaklanjuti secara prosedur hukum,” ujar Komisaris PT PBB Kuswara S. Taryono, Selasa (17/9/2019).
Teror yang dialami Persib menurutnya sudah kelewat batas. Apalagi, dua pemain Persib, Omid Nazari dan Febri Hariyadi, mengalami luka di wajahnya.
Teror kelewat batas bagi Persib pun sudah dua kali dialami. Sebelum kejadian terakhir, Persib sempat diteror oknum suporter Arema di Malang. Saat itu, bus Persib dilempari, termasuk dengan petasan. Di depan hotel, mereka juga menggelar ‘pesta kembang api’ yang membuat pemain Persib tak bisa tidur.
Dengan surat protes itu, Persib berharap tak ada lagi kejadian kelewat batas yang dialami tim. Bukan hanya bagi Persib, ia berharap klub lain juga merasa aman dan nyaman saat melakoni laga tandang.
“Jangan terjadi lagi, bukan hanya untuk Persib, tapi juga untuk tim lain. Jadi, bagaimana memberikan rasa aman kepada tim tamu (harus dijamin),” jelas Kuswara.
Pelatih Robert Rene Alberts juga berharap hal serupa. Apalagi, sejak bertahun-tahun lalu, sering terjadi teror tak wajar kepada tim tamu di Indonesia.
“Kejadian ini terus terulang dan setiap saat saya merasa ini semakin serius dan semakin bahaya,” ungkapnya.
Dalam kasus pelemparan bus Persib, ia menyebut hal itu jelas sangat berbahaya. Pemainnya bisa saja kehilangan penglihatan jika saja batu mata.
“Dalam insiden ini, jika kedua pemain kami, Omid dan Febri terkena lemparan batu sedikit lebih rendah, mereka bisa saja kehilangan matanya dan itu mematikan. Jika terkena sisi kepalanya, itu bisa langsung membunuhnya dan itu dampaknya,” sesal Robert.
Ia pun berharap ada tindakan tegas bagi pelaku, edukasi, serta perlindungan bagi tim di Indonesia. Semua tindakan kelewat batas harus dihentikan demi sepakbola Indonesia yang lebih baik.
“Saya pikir orang-orang harus peduli dan paham untuk menyudahi ini. Kami tidak bisa melanjutkan (hal buruk) ini karena tidak ingin ada kejadian buruk lainnya terjadi lagi, tidak ada orang yang meninggal lagi,” tegas Robert. (ors)