BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Pandemi virus corona alias COVID-19 membuat banyak masjid yang kini ditutup untuk kegiatan salat berjamaah, termasuk salat jumat. Di awal-awal kebijakan itu dilakukan sejumlah pengurus masjid, sempat terjadi protes dan ketegangan di beberapa lokasi.
Bahkan, di Masjid Raya Jawa Barat atau sering disebut Masjid Agung Bandung, sempat terjadi aksi protes. Spanduk pengumuman penutupan masjid untuk salat berjamaah dirobek oleh massa.
Tapi, hal-hal seperti itu kini tak lagi terjadi. Kini banyak pihak sudah mengerti esensi dari penutupan masjid. Intinya, penutupan bukan untuk pelarangan salat, melainkan melarang salat berjamaah.
“Sekarang banyak yang memahami, di masjid dekat rumah saya juga dulu ada yang menentang, sekarang sudah tidak,” ujar Sekretaris Umum MUI Jawa Barat Rafani Achyar saat dihubungi Pasjabar.com.
Ia pun memaklumi jika di awal-awal penutupan masjid untuk kegiatan salat berjamaah ditentang beberapa pihak. Sebab, mungkin saat itu mereka belum paham esensinya. Tapi, setelah paham dan sosialisasi dari pemerintah semakin gencar, para ‘penentang’ itu akhirnya sadar dan justru balik mendukung.
Rafani bahkan mengaku gembira karena banyak masjid yang ditutup untuk salat berjamaah. Apalagi, masyarakat juga memaklumi dan sadar kebijakan itu diambil para pengurus masjid untuk mencegah penyebaran dan penularan virus corona.
“Sekarang saya gembira melihat perkembangan, masjid-masjid di komplek saja banyak yang tutup sementara, terutama untuk salat jumat,” ungkapnya.
Bahkan, ia mengatakan ada masjid yang tetap menggelar salat berjamaah. Meski begitu, di masjid tersebut protokol keselamatan tetap diutamakan. Salah satunya orang dengan orang lainnya kini berjarak saat salat berjamaah.
“Itu sudah sesuai protokol, ada jarak. Terus juga jamaah tidak salaman, tidak kumpul-kumpul, setelah selesai salat bubar. Itu sesuai dengan protokol yang dianjurkan,” jelas Rafani. (ors)