BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Dampak pandemi virus corona atau COVID-19 dirasakan berbagai pihak. Salah satunya adalah dari sisi ekonomi. Banyak orang yang mulai kekurangan, bahkan kehilangan pendapatan.
Dari banyak pihak yang terdampak, salah satu yang jarang diulas adalah para penari. Mereka jelas merasakan dampak nyata dari pandemi virus corona, terutama dari sisi ekonomi. Kenapa?
Ketua Masyarakat Seni Rakyat Indonesia (Masri) Mas Nanu Muda mengatakan sejak pandemi virus corona, kegiatan para penari otomatis terhenti. Sebab, tak ada lagi undangan untuk tampil dalam berbagai kegiatan. Itu karena tak boleh ada kegiatan yang mengumpulkan massa.
Di sisi lain, para penari yang selama ini aktif memberi pelatihan di berbagai sanggar, kegiatannya juga harus mati suri. Mereka tak bisa melatih seperti biasa.
“Dengan adanya pandemi virus corona ini hampir semua aktivitas yang berkaitan dengan tari berhenti,” kata Bah Nanu, sapaan akrabnya, kepada www.pasjabar.com .
Hal itu jelas berdampak pada pemasukan mereka. Tak ada lagi pemasukan bagi mereka dari dunia tari, baik mentas maupun pelatihan. Sehingga, rata-rata mereka kini dilanda kesulitan ekonomi.
“Sekarang mereka ada yang sampai menjual kendang, peralatan untuk mentas, jual barang-barang yang dimiliki, dan lain-lain. Banyak juga yang menggadaikan barang-barangnya,” ungkapnya.
Bahkan, ada yang mendadak alih profesi menjadi tukang ojek. Yang lebih miris, ada yang memilih terjun menjadi Pak Ogah alias pengatur lalu lintas demi mendapatkan uang.
Itu semata-mata dilakukan agar mereka tetap bisa bertahan di sela himpitan ekonomi. Sebab, mereka tak bisa mengandalkan bantuan dari pemerintah. Apalagi, banyak yang tidak mendapatkan bantuan.
“Kita dituntut untuk biaya hidup sehari-hari. Malah ada yang punya anak dua-tiga, mau dari mana mereka makan,” ucap Bah Nanu.
Soal jumlah penari, menurutnya saat ini cukup banyak. Tapi, khusus yang terdata di Masri, untuk Bandung Raya saja ada lebih dari 5 ribu penari. Sedangkan se-Jawa Barat diperkirakan lebih dari 20 ribu penari.
Bah Nanu mengatakan, biasanya saat Ramadan para penari memang rehat dari kegiatannya. Sebab, jarang ada undangan untuk tampil dalam sebuah kegiatan.
Tapi, kondisi kali ini berbeda. Sebab, biasanya para penari mengumpulkan uang beberapa bulan sebelum Ramadan agar bisa bertahan hidup selama Ramadan hingga selepas Idul Fitri.
Masalahnya, para penari sudah tak bisa beraktivitas sekitar dua bulan sebelum Ramadan. Sehingga, mereka tidak memiliki bekal selama Ramadan ini. Alhasil, menjual hingga menggadaikan barang menjadi solusi paling realistis yang bisa dilakukan. (ors)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…
WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…