BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Bola panas vaksin COVID-19 disebut kini ada di tangan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto. Sebab, keberhasilan vaksinasi nantinya ada di tangannya.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi NasDem Muhammad Farhan mengatakan kesiapan vaksinasi harus benar-benar tanpa cacat. Masyarakat pun harus mendapat kepastian mendapatkannya, terutama yang kurang mampu.
Ia pun meminta Menkes dan jajarannya tak buru-buru dalam melakukan vaksinasi. Segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan matang. Sehingga, masyarakat tak hanya diberi angin segar bahwa vaksin seolah akan membuat pandemi berakhir secepatnya.
“Vaksin ini bukan obat ajaib seperti di film Hollywod. Kita harus memperhatikan masalah pelatihan dan pengadaan alat suntik dan penyertaannya untuk vaksinasi, distribusi, dan logistik vaksin sampai ke seluruh pelosok Indonesia,” kata Farhan, Jumat (6/11/2020).
Hadirnya vaksin COVID-19 memang menjadi harapan bagi publik. Apalagi, vaksin COVID-19 yang dikembangkan di Indonesia tak hanya satu. Namun, harapan itu harus dijawab pemerintah dengan langkah nyata yang terencana dengan baik.
“Harapan terhadap vaksin memang tinggi. Dengan komitmen kuat dari tiga perusahaan Tiongkok dan kesediaan lembaga penelitian di Inggris untuk pengembangan dan produksi vaksin COVID-19, maka wajar jika vaksin ini menjanjikan penyelesaian,” ungkap Farhan.
Salah satu yang disorotinya adalah teknis distribusi vaksin. Jangan sampai terjadi kegagalan yang akan berujung apa yang dilakukan selama ini menjadi sia-sia.
Ia lalu menyebut peran dua sosok penting di balik vaksin COVID-19 yang kini tengah disiapkan. Mereka adalah Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Upaya keras keduanya bisa berujung gagal jika Menkes Terawan tak bisa menerima ‘bola panas’ dengan baik.
“Maka kami tekankan, Menkes diharapkan tidak membuat kesalahan dalam penanganan vaksin COVID-19. Menkes Terawan harus membuktikan itu. Karena kerja besar Menteri BUMN Erick Thohir dan Ibu Menlu akan percuma jika Kemenkes gagal jadi agen vaksinasi yang efektif,” tegas Farhan.
Ia sendiri mengapresiasi apa yang dilakukan Menteri BUMN dan Menlu dalam upaya menghadirkan vaksin COVID-19. Ada juga sosok lain yang dianggap punya andil penting.
“Kerja kompak Erick Thohir dan Menlu Retno berhasil membuka komitmen internasional untuk memastikan suplai vaksin bagi Indonesia. Sementara itu, lewat kerja keras Menko Marinves pun pengembangan rapid test dan obat COVID-19 buatan Kimia Farma menunjukkan realisasi yang signifikan,” tutur Farhan.
Jika vaksinasi berhasil dilakukan, ada dampak besar yang akan positif dirasakan selain mengakhiri pandemi. Sektor ekonomi yang terpuruk diyakini akan kembali pulih meski saat ini ada di ambang resesi.
“Kondisi ekonomi kita memang menunjukkan beberapa indikator yang mengkhawatirkan. Puncaknya tentu pada pertumbuhan ekonomi nasional yang kembali mengalami pertumbuhan negatif di kuartal ketiga 2020,” ucapnya.
“Namun, memang ada beberapa indikasi yang dikenal umum yang menunjukkan angka menggembirakan, seperti surplus perdagangan internasional, IHSG yang trennya kembali naik, dan penguatan nilai tukar rupiah di pasar uang. Namun, secara umum perekonomian kita masih rentan,” papar Farhan.
Jika vaksin hadir dan program vaksinasi berjalan baik, secara perlahan ekonomi diyakini akan pulih. Vaksin akan memberi efek samping lain selain bagi daya tahan tubuh dan mengakhiri pandemi.
“Jika poin-poin di atas bisa ditangani dengan baik, maka itulah yang akan jadi momen kebangkitan ekonomi. Vaksinasi yang merata dan adil akan meningkatkan kepercayaan diri para pelaku ekonomi, mereka kembali jadi motor penggerak lokomotif ekonomi nasional,” katanya.
“Jadi, walaupun bukan ‘obat ajaib’, tetapi (vaksin) memberikan efek psikologis yang kuat untuk membangkitkan optimisme,” pungkas Farhan. (ors)