BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM–Universitas Pasundan kini tengah berupaya optimal untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pembelajaran tatap muka atau luring pada Bulan Juli 2021 mendatang.
Wakil Rektor III Unpas Dr. H. Deden Ramdan, M.Si. menyampaikan bahwa Unpas berusaha untuk mematuhi apa yang menjadi kebijakan mendikbud dan hal ini oleh Unpas sudah diantisipasi dengan menggelar rapat berkesinambungan dengan melibatkan unsur fakultas dan prodi khususnya dalam kesiapan infrastruktur pendukung protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan, thermogun dan aturan untuk menghindari kerumunan
“Pada bulan Juli ada dua kemungkinan, pertama vaksinasi sudah selesai diberikan kepada seluruh sivitas dan dimungkinkan landai sehingga pembelajaran bisa berlangsung, namun sisi lain seandainya belum landai maka potensi gelombang ke dua penularan Covid 19 bisa terjadi dan dikhawatirkan membuka peluang terjadinya cluster baru,” terangnya kepada PASJABAR.
Adapun antisipasi yang dilakukan Unpas terang Deden dilakukan dengan tepat, sehingga tidak mempertaruhkan resiko dari civitas kampus dan menjadi cluster baru. Maka dari itu, jika kondisinya tidak memungkinkan, perkuliahan bisa kembali dilaksanakan secara offline.
“Pelaksanaan pembelajaran luring pun tentu dengan mengutamakan protokol kesehatan, di mana kelas maksimal paling banyak 50 persen Sehingga konsekwensinya kita perlu menambah unit kelas atau ruangan,” urainya.
Berkaitan dengan kelas ganjil dan genap sesuai Nomor Pokok Mahasiswa (NPM), sambung Deden hal ini akan cukup merepotkan termasuk penjadwalan dosen, di samping aturan yang diterapkan satgas covid19 yang menetapkan bahwa proses belajar mengajar harus ada ijin dari orang tua.
“Pembelajaran luring tentu berbeda dengan yang sebelumnya karena ini new normal,jadi harus melakukan langkah-langkah terintegrasi yang saling berkaitan antara aspek akademis, administrasi, penanganan atas kerumunan dan lainnya, harus selaras dengan protokol kesehatan,” jelas Deden.
Sebelum perkuliahan pada bulan Juli, Unpas juga akan mengadakan simulasi perkuliahan, hal ini karena jumlah populasi mahasiswa yang berkuliah di Unpas, sebanyak lebih dari 40 persen berasal dari luar kota Bandung bahkan luar pulau Jawa.
“Kami akan mengkomunikasikan mengenai pembelajaran tatap muka ini kepada seluruh mahasiswa termasuk yang ada diluar Kota Bandung untuk kesiapan mereka , sehingga perkuliahan luring ini perlu melibatkan banyak sektor dan harus saling berkesepahaman,” tandasnya.
Adapun Dekan FKIP Unpas, Dr. H. Uus Toharudin, M.Pd. berharap bahwa persiapan dalam pembelajaran tatap muka dapat berjalan beriringan dengan suksesnya vaksinasi yang merata kepada masyarakat.
“Jika vaksinasi sudah merata maka pembelajaran sudah bisa disiapkan, namun tetap harus menggunakan prosedur dan 40 persen lainnya masih perlu menggunakan daring,” terangnya.
Uus menambahkan bahwa dalam satu kelas tidak akan seluruh mahasiswa mengikuti perkuliahan dalam satu ruangan, karena menghindari kerumunan dan menjaga jarak sehingga perlu shifting dan pembelajaran daring dengan blended learning.
“Saat ini FKIP dalam pembelajaran masih menggunakan protokol kesehatan secara ketat, jika 40 persen mahasiswa menggunakan pembelajaran daring maka akan memadai. Kita harus tetap bersiap dengan fasilitas dan perlu memperbanyak, tatap muka bisa dilakukan tapi dengan prosedur yang disiapkan sedemikan rupa, perlu satgas, karena probabilitas virus menginfeksi diri masih mungkin,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Harian Satgas Covid 19 Paguyuban Pasundan sekaligus Pengelola Fakultas Kedokteran Unpas, Trias Nugrahadi, dr.,SpKN(K), menyampaikan bahwa vaksinasi Covid 19 kepada dosen di lingkungan Unpas dapat mendukung pembelajaran tatap muka.
“Pelaksanaan vaksinasi COVID 19 di Paguyuban Pasundan menunjukan tindak nyata dari kesiapan institusi Pasundan dalam mengahadapi pembelajaran secara luring pada bulan Juli mendatang,” terangnya pada Sabtu (27/3/2021) ditengah acara vaksinasi Covid 19 untuk 400 dosen Unpas dan STIE Pasundan, di Gedung Paguyuban Pasundan.
Trias berharap bahwa vaksinasi akan berjalan maksimal dan optimal, di mana sesuai dengan perhitungan jika pada Bulan April divaksin maka pada bulan berikutnya yakni Mei dan Juni para dosen sudah memiliki kekebalan yang baik, sehingga jika terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa sudah lebih aman dalam pelaksanaan belajar secara luring. (tiwi)