BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Mahasiswa Semester VIII Fakuktas Hukum, Program Kekhususan Hukum Pidana Universitas Pasundan (Unpas), Yudistya Putra Denis berbagi tips raih IPK Cumlaude.
Yudis sendiri, sapaan akrabnya terakhir meraih IPK 3,94.
“Bagi saya memiliki IPK tinggi adalah sebuah bonus,karena yang paling terpenting dalam proses belajar di kampus adalah bagaimana ilmu itu bisa saya terima,cerna, dan pahami dengan baik,” terangnya kepada PASJABAR, Senin (29/3/2021).
Menurut Yudis yang tidak kalah penting selain IPK adalah bagaimana hasil dari IPK/Nilai serta pembelajaran yang ia dapatkan bisa bermanfaat bagi orang banyak dan dipertanggungjawabkan di masyarakat ketika ia akhirnya lulus nanti.
“Meraih IPK tinggi pasti tidak mudah tentu perlu ketekunan, keseriusan, dan doa dari seorang mahasiswa, untuk meraih IPK tinggi pasti kita harus bisa pintar-pintar mengatur jadwal, kita harus bisa imbang antara kegiatan kuliah dan kegiatan non akademik lainya (misal main, organisasi ataupun kegiatan di luar kuliah nantinya) dan yang tak kalah penting adalah banyak diskusi dengan orang banyak untuk memperluas wawasan mahasiswa,” paparnya.
Yudis melanjutkan bahwa untuk meraih IPK yang tinggi, mahasiswa mestinya tidak hanya mengandalkan pembelajaran di kelas, tapi harus bisa aktif dan punya strategi serta usaha maksimal di luar kelas untuk mendapatkan hasil maksimal.
“Tetapi lagi-lagi saya mengatakan bahwa IPK tinggi merupakan bonus, jadi fokus utamanya tetap cari ilmu bukan nilai semata, karena dengan ilmu kita bisa bermanfaat untuk orang banyak,namun dengan nilai belum tentu kita bisa bermanfaat orang banyak karena orientasi mahasiswa hanya nilai saja,” imbuhnya.
Untuk meraih IPK yang tinggi juga terang Yudis harus berimbang dengan adanya rasa tanggung jawab, salah satunya dengan cara masuk kelas setiap saat, tetapi untuk rajin belajar bagi Yudis minimal membaca buku, berita maupun materi bermanfaat lainya hal itu menurutnya sudah cukup.
“Jadi tidak perlu juga harus setiap hari belajar karena akan membosankan juga bagi mahasiswa, disamping itu learning by doing juga tak kalah penting untuk meraih IPK tinggi, sebagai mahasiswa kita jangan tau teori-teori saja di kelas, kita juga harus bisa praktek di lapangan untuk memperkaya wawasan kita sebagai mahasiswa caranya yaitu dengan bertemu dan diskusi dengan orang banyak,” urainya.
Yudis menambahkan bahwa untuk meraih IPK tinggi harus bisa menyeimbangkan antara kegiatan kuliah dan kegiatan non akademik lainnya, karena networking di luar juga tidak kalah penting disamping IPK dan kepintaran mahasiswa semata di kelas.
“Hambatan tentu di setiap kehidupan pasti ada dan mengalami, tapi bagi saya hambatan terbesar dalam diri saya adalah melawan rasa malas, karena tentu bagi setiap mahasiswa punya rasa malas, namun ketika dihadapkan dengan hal tersebut bagaimana kita bisa menyikapinya dengan bijak, bisa keluar dari zona nyaman. Tentu hal tersebut merupakan dinamika kuliah yang akan membuat nantinya kita bisa punya manajemen konflik yang baik,” terangnya.
Di samping itu, sambung Yudis hambatan yang ia terima adalah ketika harus menerima sesuatu hal baru, misal teori-teori baru, tentu perlu penyesuaiannya dari awalnya tidak mengerti ke arah menjadi mengerti dengan dipaksakan, tetapi itu semua harus ia lewati semata-mata untuk mendapatkan ilmu pengetahuan maksimal yang nantinya bisa ia amalkan ke masyarakat banyak.
“Keuntungan saya meraih IPK tinggi yaitu dalam proses permohonan beasiswa saya bisa satu langkah lebih maju dibanding dengan mahasiswa lainya, disamping itu punya IPK tinggi merupakan suatu kebanggaan juga buat semua orang tua, khususnya orang tua saya sendiri. Belum lagi ditambah ketika memiliki IPK tinggi dalam mengikuti kegiatan-kegiatan akademik maupun non akademik yang memiliki persyaratan IPK, tidak menjadi kesulitan bagi saya untuk daftar dan diterima sebagai syarat awal,” tandasnya.
Yudis berharap kedepannya ia bisa menjadi kebanggaan untuk kedua orang tua melalui keberhasilannya dalam meraih cita-cita untuk menjadi seorang hakim dan disamping itu harapannya adalah kelak bisa mempertanggung jawabakan atas IPK serta semua yang ia dapatkan hari ini dengan cara mengamalkan ilmu di dalan kelas untuk masyarakat banyak, sehingga ilmu yang ia dapatkan di bangku kuliah benar-benar bisa bermanfaat untuk orang banyak.
“Saya juga berpesan bagi semua mahasiswa yang ingin mendapatkan IPK yang lebih baik untuk selalu tekun, usaha maksimal serta berdoa. Jadikanlah IPK tinggi sebagai bonus, belajar untuk mendapatkan ilmu lebih baik daripada mengejar IPK semata, punya harapan IPK tinggi tidak salah tetapi alangkah baiknya orientasi mahasiswa di bangku kuliah untuk ilmu bukan nilai semata,” tandasnya.
“The impossible and possible happen from a mindset and mindsets are developed through the words we speak and we tell to ourselves, when others speak about impossibility, i prefered closing my ears. When i believe , i believe,” pungkas Yudis menutup perbincangan. (tiwi)