BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Mahasiswi Semester VI Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum (FH) Universitas Pasundan, Attika Hilma Kusumawati berbagi tips meraih IPK yang tinggi.
Gadis yang akrab disapa Tika ini, terakhir meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3.86.
“Sebenarnya, awal masuk kuliah itu saya hanya berpatokan yang penting lulus semua mata kuliah aja deh biar nggak mengulang karena kalau mengulang keluar lagi biaya, IPK mau berapa juga nggak apa-apa asal lulus tapi diluar ekspektasi saya, saya mendapat IPK yang menurut saya sangat cukup,” jelas Tika mengawali perbincangan.
Dari situlah terang Tika, ia mulai sharing dengan kakak tingkat baik yang sudah bekerja maupun yang masih menjalani perkuliahan mengenai IPK karena setelah mendapat IPK yang cukup besar ini, ia merasa mempunyai tanggungjawab terhadap perolehan IPKnya tersebut.
“Akhirnya, setelah saya sharing dengan kakak tingkat, termotivasi untuk mempertahankan IPK yang tinggi agar dapat menyelesaikan mata kuliah dengan cepat karena bisa mengambil mata kuliah semester atas, mendapat poin dalam seleksi pekerjaan nanti karena IPK bisa menjadi perhitungan dalam dunia kerja dan studi kuliah pasca sarjana. Selain itu, motivasi saya mempertahankan IPK yang tinggi ini karena saya ingin membahagiakan ibu saya. Dengan IPK yang tinggi setidaknya perjuangan ibu saya dalam memfasilitasi pendidikan itu tidak sia-sia,” terangnya kepada PASJABAR, Senin (5/4/2021).
Untuk mendapatkan IPK yang tinggi sambung Tika perlu niat dan usaha yang lumayan besar, karena ia melakukan beberapa hal atau berjuang untuk mendapatkannya.
“Saya berusaha dengan memiliki niat untuk rajin, tidak ada orang yang bodoh tapi cuma ada orang yang malas. Menurut saya, orang yang pintar sekalipun kalau malas bisa kalah sama yang rajin,” ulasnya.
Selain itu sambung Tika juga selalu masuk kelas, tidak pernah bolos kecuali jika memang ada hal yang penting.
“Saya juga selalu berupaya mengerjakan tugas tepat waktu, dalam mengerjakan tugas pahami maksud dari tugas itu apa agar jawaban yang kita berikan sesuai dengan maksud dari tugas itu. Selain itu, pahami tujuan dosen yang memberi tugas agar hasil kerja kita sesuai dengan harapan dosen tersebut. Menurut saya, itu akan menjadi nilai plus untuk kita,” paparnya.
Dalam proses belajarnya, ia biasanya memahami materi yang dosen sampaikan dan mencatatnya bukan hanya mengerti karena saat dirinya paham dan mendapatkan poin utama materi yang dosen sampaikan akan terus terekam dan tidak gampang lupa.
“Kemudian jangan gampang menyerah atau mudah tersinggung dengan karakter dosen. Ketika ada dosen yang menurut kita entah itu membosankan, menakutkan atau bikin kita males masuk kelasnya, lebih baik lawan dan tetap masuk kelas, jalani saja tidak usah takut anggap hal seperti itu akan berlalu. Ikuti kelasnya dan perhatikan, pahami materinya karena yang penting itu kita mendapatkan ilmunya fokus pada hal yang akan kita dapatkan karena jika memilih untuk tidak masuk kelasnya, yang akan rugi itu bukan si dosen tapi diri sendiri serta selalu aktif di kelas dan terus mengasah diri untuk menjadi yang lebih baik lagi,” paparnya.
“Masuk kelas menurut saya penting, karena itu merupakan salah satu syarat dalam perhitungan ipk. Rajin belajar, rajin masuk kelas, rajin bertanya pada dosen, rajin mengerjakan tugas dan memahami materi akan memperbesar peluang kita mendapatkan IPK yang tinggi,” tambah Tika.
Adapun hambatan belajar yang Tika rasakan selama berkuliah adalah tidak semua dosen memberikan cara mengajar yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh dirinya.
“Terkadang menurut saya dosen ini cara mengajarkan enak namun bisa saja teman saya tidak cocok dengan cara mengajar dosen tersebut atau sebaliknya. Di sinilah terkadang saya akan merasa kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Namun, dalam menangani hambatan tersebut biasanya saya mencari sendiri materi yang disampaikan dosen tersebut melalui buku ataupun jurnal. Jika dirasa masih belum paham saya akan bertanya pada dosen tersebut, dosen lain, teman seangkatan, ataupun kakak tingkat,” paparnya.
Meraih IPK yang tinggi terang Tika juga membuatnya menerima banyak keuntungan, seperti ia dapat mengambil mata kuliah semester atas sehingga saat nanti di semester akhir beban mata kuliahnya sudah berkurang dan lebih fokus mengerjakan skripsi atau tugas akhir dan berpeluang mendapatkan beasiswa mahasiswa berprestasi.
“Selain sisi akademik tersebut, keuntungan dari sisi sosialnya saya mendapat kepercayaan dan lebih dihargai baik dari teman-teman, organisasi, keluarga, maupun dosen,” ucapnya.
Tika berharap kedepannya, ia tetap bisa mempertahankan IPK yang telah ia dapatkan hingga akhir masa kuliah dan IPK yang ia peroleh ini dapat membantunya untuk mencapai masa depan yang ia inginkan. Selain itu, menjadi motivasi untuk mahasiswa lain agar lebih giat dalam proses perkuliahan ini.
“Saya juga ingin menyampaikan bahwa tidak hanya untuk mendapatkan IPK yang lebih baik namun lebih baik terpaksa berjuang mengubah diri agar lebih baik demi bersaing untuk mencapai impian dibanding menjadi sukarela untuk tidak bersaing dan pasrah terhadap impian. Jangan hanya tertuju pada IPK yang tinggi namun berapapun IPK yang kita dapatkan apalagi jika kita mendapat IPK yang tinggi maka kita harus bisa mempertanggungjawabkan IPK yang kita peroleh. IPK memang bukan sebagai patokan kesuksesan seseorang namun ipk setidaknya memiliki peran penting dan dapat membantu kita untuk mencapai masa depan sesuai apa yang kita impikan,” tutupnya. (tiwi)