JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM– Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menekankan pentingnya data sebagai indikator capaian kerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).
Oleh karena itu kehadiran Tourism Satellite Account (TSA) atau yang dikenal dengan istilah NESPARNAS (Neraca Satelite Pariwisata Nasional) sangat penting dalam perannya menghasilkan data capaian indikator Kemenparekraf terhadap kontribusi ekonomi dari sektor pariwisata di Tanah Air.
Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Sekretaris Utama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Wayan Giri Adnyani, saat Rapat Pembahasan Hasil TSA 2021 secara hybrid di Hotel Fairmont Jakarta, Selasa (20/4/2021) menjelaskan TSA merupakan kerangka kerja statistik standar dan alat utama untuk pengukuran ekonomi pada sektor pariwisata dimana hasil dari TSA akan sebanding dengan statistik ekonomi lain yang diakui secara internasional.
Hal tersebut lantaran TSA mengikuti acuan internasional berdasarkan TSA RMF (Recommended Methodological Framework) dan IRTS (International Recommendations for Tourism Statistics) serta integrasi dengan SUT (Supply-Demand Pariwisata).
“Momentum hari ini spesial karena hasil yang diluncurkan menggunakan metode yang berbeda yaitu SUT Pariwisata yang menggambarkan kontribusi pariwisata terhadap PDB tahun 2015-2019 dan terhadap kinerja 5 tahun sebelumnya,” katanya dalam rilis yang diterima PASJABAR, Rabu.
Giri sapaan Ni Wayan Giri Adnyani juga berharap publikasi TSA ini dapat dilaksanakan secara rutin dan berkala, ini sangat membantu Kemenparekraf dalam memahami kondisi pariwisata, melalui indikator capaian kinerja yaitu kontribusi pariwisata terhadap PDB (produk Domestik Bruto) dan tenaga kerja.
Dalam Rapat Pembahasan hasil TSA 2021 hadir Deputi Bidang Ekonomi dari Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, BPS Sri Soelistyowati, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, serta Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Kurleni Ukar.
Giri menjelaskan, dengan adanya perubahan nomenklatur akibat penggabungan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), pihaknya membutuhkan data indikator pariwisata, juga data indikator capaian dari sektor ekonomi kreatif agar menjadi nilai tambah.
“Kami ingin agar data-data tersebut dapat disediakan juga oleh BPS. Serta berharap BPS untuk membantu penyediaan data satellite account untuk sektor ekonomi kreatif,” katanya. (*/tiwi)