BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Bagja mahasiswa FEB Unpas selalu berusaha melakukan yang terbaik di dalam hidupnya. Ia pun aktif dalam melakukan berbagai hal positif untuk membangun kebaikan dan menjadi versi terbaik dari dirinya.
“Saya memiliki moto hidup, Jadilah yang terbaik, dimanapun engkau berada. Dan berikan yang terbaik dari hal terbaik yang bisa engkau berikan,” terang pemuda bernama lengkap Bagja Kurniawan.
Adapun kesibukan Bagia saat ini adalah aktif dalam organisasi di intra-kampus maupun ekstra- kampus.
“Jika di lingkungan kampus, saya mengikuti kegiatan di organisasi Himpunan Ekonomi Pembangunan Unpas (HIMASPA). Jika di luar kampus saya aktif di kegiatan organisasi Tanpa Batas, yang bergerak dibidang sosial kemanusiaan, yaitu mengajar anak-anak marginal Bandung,” terangnya yang lahir di Bandung, 24 November 2001.
Sejalan dengan itu, selama pandemi karena kegiatan kuliah dilaksanakan sepenunya online, ia juga kembali aktif dalam kegiatan mengabdikan diri kepada masyarakat , dengan mengajar mengaji anak-anak dari jenjang TK hingga SMA.
“Alhamdulillah saat ramadhan kemarin antusiasme anak-anak meningkat, sehingga pendaftar kegiatan pesantren kilat ramadhan tahun ini bertambah. Saya tahu, bahwa kegiatan ini tidak bisa saya lakukan sendiri. Oleh karena itu saya mengajak anak muda disekitar rumah saya untuk ikut berkontribusi. Sehingga terbentuklah organisasi Ikatan Remaja Mesjid (IRM) yang dibentuk dengan tujuan tidak hanya untuk memakmurkan mesjid. Tapi juga mengajak para Gen-Z untuk mencintai mesjid. Dan senang berkumpul untuk menimba ilmu agama di mesjid,” paparnya.
Prestasi dan Produktifitas Bagja
Bagi Bagja prestasi bukan hanya sekedar mendapat piala, karena terkadang setiap orang menganggap prestasi adalah berupa gelar dan mendapatkan piala. Sehingga lomba tidak dijadikan lagi sebagai wahana meningkatkan prestasi tapi prestise.
“Oleh karena itu, saya selalu membuat visi satu hari satu prestasi. Piala itu kosong, bila hanya diraih untuk prestise. Karena prestasi terbesar dari ajang lomba adalah ilmu dan pengalaman yang didapat. Saya mengikuti lomba bukan untuk mengejar piala, karena bagi saya menag dan kalah itu nisbi, karena piala sesungguhnya adalah pengalaman yang didapat,” sambungnya.
Terakhir bulan Januari 2021 lalu, Bagja meraih juara lomba lari Kota Kinabalu. Ia menjadi pemenang beasiswa prestasi dari Pemerintah Provinsi Jabar. Di mana ia mendapatkan sertifikat garuda dari BNSP.
“Hal yang terpenting dari beberapa prestasi itu, prestasi yang paling saya bangga adalah, saya dapat menjadi mata air memberikan yang terbaik kepada lingkungan saya,” imbuh pemilik tinggi 167 CM.
Soal hobi, Bagja bercerita bahwa ia senang membaca. Menurutnya membaca itu bukan hanya sekedar instrumen bagi pelajar ataupun setiap orang untuk dipakai dengan tujuan mencerdaskan diri. Tapi lebih dari itu, membaca adalah cara “mengobrol dengan dunia”, menyapa dan bertanya mengenai setiap aspek abstrak yang kita dari paparan saya di atas.
“Alasan saya menjadikan membaca sebagai hobi adalah untuk menyapa dunia. Bertanya kabar pada dunia, lewat pesan japri yang dinamakan buku. Namun alasan sederhananya dunia itu Allah SWT ciptakan dengan manusia sebagai pemimpinnya. Tapi apabila manusia tidak mau tahu keadaan dunia, bagaimana mereka bisa menjadi pemimpin yang baik. Kelak saya dan anak muda yang lain akan menjadi penerus pemimpin dunia, jika saya tidak membaca apakah pantas dunia ini saya pimpin? Sedangkan saya tidak mau tahu keadaan dunia,” jelas Bagja mahasiswa FEB Unpas.
Ke depan Bagja berharap dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan dapat merealisasikan segala cita-cita dan visi ia untuk Indonesia.
“Jujur bila ditanya oleh seseorang mengenai cita-cita, maka saya akan menjawab cita-cita saya ingin menjadi Menteri Keuangan, tapi disisi lain kadang saya menjawab ingin menjadi presiden atau seorang gubernur. Ini bukan karena labil ataupun plin-plan, tetapi buah dari cita-cita utama saya yang ingin menjadi “mata air” yang memberikan kebaikan kepada setiap tempat yang dialirinya,” sahutnya.
Bagja menambahkan bahwa cita-citanya sangat relevan dengan visinya. Oleh karena itu, ia berusaha agar cita-cita ia ingin menjadi gubernur, menteri keuangan, dan bahkan presiden dapat terlaksana. Karena ia ingin berusaha untuk menjadi putera terbaik Indonesia. Menjadi pemimpin di Indonesia, dan berkontribusi penuh untuk Indonesia. Menjadikan Indonesia kembali menjadi macan asia, oleh karena itulah cita-cita yang saya pilih.
“Saat ini selain berkuliah di Universitas Pasundan dengan jurusan Ekonomi Pembangunan, dan kini sedang berada di semester 4 akhir. Saya juga mengambil studi di Universitas Terbuka, dengan jurusan Administrasi Perpajakan dan sekarang berada di semester 2 akhir,” terang pemfavorit warna hitam dan merah serta penyuka makanan padang seperti rendang.
Tokoh Idola dan Sumber Inspirasi Bagja
Soal tokoh idola, Bagja mengatakan bahwa ia mengidolakan B.J. Habibie. Karena setelah ia melihat film tentang BJ Habibie. Membaca biografinya dari masa anak-anak hingga menjadi seorang presiden membuatnya mengerti bahwa seseorang tidak akan menjadi orang besar tanpa perjuangan.
“Saya merasa ada kemiripan dengan beliau yang ditinggal oleh ayahnya namun masih bisa mengenyam pendidikan bahkan hingga mendapat gelar tinggi di bidang akademik. Dan bisa membuktikan pada dunia bahwa Indonesia memiliki putera terbaik yang bisa menggoncang dunia. Begitupun saya tidak akan kalah, walaupun tanpa kehadiran seoarang ayah. Saya juga akan terus belajar dan menjadi putera terbaik untuk Indonesia, sama seperti Bapak B.J. Habibie,” tandasnya.
Bagja menambahkan bahwa hidup yang ia maknai adalah ajang untuk berjuang, menjadi lebih baik, dengan terus mengukir prestasi setiap saat. Dan tentunya selalu menjadi terbaik dan memberikan kebaikan bagi setiap orang, itulah makna hidup.
“Hal yang selalu membuat fight dalam hidup saya adalah Ibu . Karena apapun yang saya perjuangkan pasti saya tujukan untuk ibu. Saya tidak bisa samapi saat ini apabila tanpa do’a beliau. Oleh karena itu saya bertekad dalam hidup saya untuk terus berjuang dan berusaha menyenangkan hati beliau,” ujar bungsu dari empat bersaudara.
Terakhir Bagja juga ingin menyampaikan sesuatu kepada para anak muda penerus bangsa.
“Indonesia butuh kita. Seorang pemimpin itu diciptakan buka dilahirkan. Indonesia butuh pemimpin yang tidak hanya pintar tetapi memiliki budi pekerti luhur. Lawan kita bukan lagi belanda dan jepang, dan bukan pula dilawan dengan bambu runcing ataupun pedang. Lawan kita saat ini adalah diri sendiri, rasa malas, insecure dan sikap acuh. Oleh karena senjata terampuh adalah membaca, buka hanya buku,tapi diri sendiri dan juga lingkungan,” pungkasnya. (tiwi)