BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — SLBN Cicendo Kota Bandung menggelar simulasi pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Kegiatan ini dilakukan bertahap oleh semua tingkatan.
Secara umum, simulasi PTMT digelar pada 7-11 Juni 2021. Pada 7 Juni, simulasi dilakukan untuk sekolah tingkat SMA LB. Hari ini, Kamis (10/6/2021), simulasi dilakukan untuk siswa tingkat SMP dan SD kelas 4 hingga 6.
Selanjutnya, simulasi akan diikuti siswa kelas ‘kecil’, yakni SD kelas 1 hingga 3 dan siswa TK pada Jumat (11/6/2021). Simulasi bagi siswa kelas ‘kecil’ ini sengaja ditempatkan paling akhir karena kendalanya cukup pelik.
Sehingga, hari ini pihak sekolah menggelar pertemuan dengan para orang tua siswa kelas ‘kecil’. Tujuannya untuk menyepakati hal-hal teknis demi kebaikan bersama.
Yang paling rumit adalah sulitnya menghindari kontak fisik antara guru dengan siswa serta di antara sesama siswa. Khusus bagi guru, mereka kesulitan jika mengajar tak dibarengi sentuhan mengingat yang diajarnya adalah tunarungu.
Sehingga, salah satu opsi yang dibahas dalam pertemuan adalah guru dan siswa sama-sama memakai sarung tangan. Dengan begitu, kontak fisik bisa dilakukan tanpa mengabaikan kesehatan dan keselamatan.
“Ada wacana seperti itu. Tapi kita rumuskan hari ini, baik itu guru atau siswa pakai sarung tangan, karena itu untuk menghindari penyebarannya,” kata staf Wakasek Humas SLBN Cicendo Adinda Meita Putri.
Secara umum, simulasi PTMT ini dilakukan dengan protokol kesehatan ketat. Siswa dan guru diwajibkan dicek suhu, disemprot disinfektan, mencuci tangan, memakai masker, hingga menjaga jarak di area sekolah.
Di kelas, siswa juga berjarak satu sama lain. Selain itu, pintu masuk dan keluar di lokasi juga berbeda. Semua orang di sekolah pun menghindari kontak fisik.
Masker Jadi Kendala
Secara umum, simulasi PTMT ini berjalan lancar. Penerapan protokol kesehatan juga bisa dilakukan. Namun, ada kendala besar yang dialami. Penggunaan masker cukup menghambat komunikasi.
Sebab, komunikasi antara guru dan siswa tak hanya mengandalkan bahasa isyarat. Perlu ada gerakan bibir yang bisa dibaca satu sama lain saat berkomunikasi.
Dengan memakai masker, otomatis gerakan bibir tak bisa dibaca. Sehingga, komunikasi cukup tersendat. Bahkan, antara atau guru terlihat beberapa kali harus mengulang komunikasi yang dilakukan akibat mengandalkan bahasa isyarat saja tanpa melihat gerak bibir.
Sebenarnya, ada masker transparan yang bisa dipakai. Bahkan, siswa dan guru mendapatkan bantuan masker tersebut beberapa waktu lalu. Namun, meski transparan, masker itu tetap memiliki kendala.
Masker transparan ini berembun saat dipakai akibat uap dari hasil pernapasan. Sehingga, gerakan bibir kerap tidak bisa terbaca oleh lawan bicara. Saat ini, pihak sekolah pun sedang terus mencari cara agar komunikasi bisa berjalan efektif, terutama saat proses belajar di kelas.
“Kita guru-guru di SLBN Cicendo tuh (mencari cara) memodifikasi masker yang memang nyaman dipakai, tapi tidak menghambat komunikasi untuk pembelajaran,” jelas Adinda. (ors)
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…
WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Banjir kembali melanda Dayeuhkolot dan Bojongsoang meski sudah dibangun berbagai infrastruktur…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengungkapkan bahwa guru adalah pahlawan sejati dalam pidatonya…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung telah menyelesaikan pendistribusian logistik Pilkada Serentak…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyambut dengan antusias kehadiran beberapa legenda sepak…