HEADLINE

Ini Tips Sukses Menulis Karya Ilmiah Ala Uwi Mahasiswi FKIP Unpas

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Memiliki keterampilan dalam menulis karya ilmiah menjadi nilai tambah bagi seseorang. Hal ini juga yang diyakini oleh Mahasiswi FKIP Unpas, Widya Gustian Ramadhanty atau yang akrab disapa Uwi.

Dari hobi menulis yang ia kembangkan khususnya dalam karya ilmiah. Membawanya meraih banyak prestasi.

Uwi tercatat pernah meraih Golden Scholarsip dari One Asia Foundation, Jepang Pada Tahun 2019. Juara 2 LKTI Nasional di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Pada Tahun 2019. Juara 2 Lomba Cipta Puisi Nasional di Universitas Lambung Mangkurat Pada Tahun 2019. Dan Finalis LKTI Nasional di Universitas Lambung Mangkurat Pada Tahun 2019.

Di samping itu, Uwi juga berhasil menjadi Juara 3 Projek Kewarganegaraan Dalam Tri Lomba Kebangsaan di Universitas Negeri Malang Pada Tahun 2019. Juara 1 Lomba Essay Kewarganegaraan di Universitas Negeri Yogyakarta Pada Tahun 2020. Dan Menjadi Presenter Dalam Event ICHELSS di Universitas Negeri Jakarta Pada Tahun 2021.

“Semua event yang saya ikuti diharuskan membuat karya tulis ilmiah, baik itu KTI, essay, maupun artikel ilmiah. Kemudian para peserta harus mempresentasikannya. Penilaian dilihat dari dua aspek yaitu karya tulis yang dibuat dan penampilan. Pada saat mempresentasikan karya tulis tersebut,” terangnya kepada PASJABAR, Kamis (15/7/2021).

Uwi bercerita bahwa sejak kecil, ia memang aktif mengikuti berbagai perlombaan. Namun sayangnya kala itu, ia tidak pernah ikut lomba menulis.

“Ketika SD-SMP, saya beberapa kali menyabet piala dalam lomba Calistung (membaca, menulis, berhitung) cabang lomba membaca, lomba cipta dan baca puisi. Lomba mengoperasikan komputer, dan juga lomba cerdas cermat,” terangnya bercerita.

Di samping itu, ketika ia duduk di bangku SMK. Ia pernah mewakili Provinsi Jawa Barat dalam LCC 4 Pilar MPR-RI Nasional. Mengikuti Lomba Kompetisi Siswa tingkat Provinsi, English Contest, hingga lomba debat.

Kala itu, ia masih tidak suka menulis dan tidak ada keinginan untuk mengikuti perlombaan yang mengharuskan dirinya untuk menulis.

“Namun pada awal tahun 2019, salah satu dosen saya yang bernama Bapak Deni Zein sering memberi informasi terkait lomba menulis dan terus memotivasi saya untuk mencoba hal baru tersebut. Bermula dari keisengan saya mengikuti salah satu lomba KTI yang diadakan oleh Prodi PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Saya berhasil lolos ke babak final dan meraih juara 2 Nasional,” papar Uwi Mahasiswi FKIP Unpas.

Karena memiliki awal yang baik, sambung Uwi. Ia mulai kecanduan menulis dan terus mengupgrade tulisan ia hingga ia meraih beberapa prestasi lainnya dalam lomba kepenulisan.

“Saya selalu belajar hal baru agar memiliki banyak ide ketika saya menulis. Saya juga sering berkonsultasi dan mendapat bimbingan dari Pak Deni Zein. Beliau lah orang yang mencetak saya menjadi aktivis lomba kepenulisan selama berkuliah di Universitas Pasundan.” Ungkap mahasiswi FKIP Unpas, Jurusan PPKn, Semester VIII.

Menulis Karya Ilmiah Tingkatkan Kepuasan Intelektual

Menurut Uwi ada banyak manfaat dari menulis karya ilmiah. Seperti dapat meningkatkan dan memperoleh kepuasan intelektual. Memperluas pengetahuan karena sering membaca dan menuangkannya kembali. Dengan inovasi dan pemahaman baru dalam bentuk tulisan.

“Karya ilmiah tersebut dapat menjadi bahan acuan sebagai penelitian terdahulu untuk penelitian. Selanjutnya yang linier dengan keilmuan yang dibahas. Sehingga manfaat dari karya ilmiah tidak hanya bisa dirasakan oleh penulisnya saja. Namun berdampak besar bagi khalayak,” urainya.

Menurut Uwi keterampilan menulis ilmiah cukup penting dimiliki. Agar masyarakat umumnya, khususnya mahasiswa mampu dan terbiasa membaca secara efektif. Kemudian mengolah hasil bacaan tersebut ke dalam bentuk tulisan dengan kemasan baru yang sistematis.

“Karya tulis ilmiah sangat penting bagi mahasiswa karena salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana, magister, maupun doktor. Mahasiswa S1-S3 diwajibkan menulis karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertasi,” ucapnya.

“Selain karena kewajiban sebagai tugas akhir bagi mahasiswa. Dengan menulis karya ilmiah dapat menjadi salah satu indikator pencapaian mutu dan menjadi ukuran kualitas sumber daya manusia. Karena karya ilmiah dapat membentuk pola pikir yang sistematis dan mahasiswa mampu berargumen berdasarkan sumber yang teruji secara empiris,” imbuhnya.

Dalam membagi waktu antara menulis karya ilmiah dan perkuliahan. Uwi mengatakan, bahwa caranya membagi waktu adalah dengan sistem prioritas.

“Mana yang harus didahulukan dengan melihat jadwal kuliah dan jadwal lomba yang akan saya ikuti. Tentunya ketika mengikuti event perlombaan dalam masa perkuliahan apalagi bidang karya tulis ilmiah. Waktu saya menjadi sangat padat dan terbagi-bagi,” terangnya.

“Namun saya terbiasa menuliskan jadwal kuliah, deadline tugas, hingga deadline KTI dan membuat target kapan saya harus menyelesaikannya. Saya akan mendahulukan yang deadline nya paling dekat. Sehingga selama saya berkuliah dan aktif menulis. Saya tidak pernah bermasalah dengan waktu dan tetap bisa beristirahat dengan cukup karena manage waktu yang baik,” tambahnya.

Penting Memilih Tema yang Sesuai Dengan Passion

Menurut Uwi, sebenarnya tidak ada tips khusus dalam menulis karya ilmiah yang baik. Karya ilmiah sendiri terbagi dalam beberapa jenis dan memiliki kriteria dan sistematika penulisan masing-masing.

“Perlu diperhatikan adalah tema yang akan diambil. Saya selalu memilih tema yang sesuai dengan passion saya misalnya di bidang hukum, pendidikan, maupun ekonomi. Hal yang selanjutnya adalah memahami jenis karya ilmiah yang akan kita tulis. Artikel ilmiah, KTI, dan essay memiliki sistematika yang berbeda. Biasanya lomba-lomba kepenulisan untuk tingkat S1 didominasi oleh lomba KTI dan essay. Sedangkan artikel ilmiah biasanya menjadi syarat untuk mengikuti event yang hasilnya akan diterbitkan dalam bentuk jurnal atau proceeding,” paparnya.

Terakhir Uwi juga menyampaikan untuk mengisi luang kita dengan membaca dan menulis. Karena lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak sama sekali.

“Prestasi yang saya raih pun tidak mudah saya dapatkan. Saya pernah gagal namun saya terus bangkit. Karena prinsip saya, gagal sembilan kali, maka bangkitlah sepuluh kali. Menulis karya ilmiah tidak susah dan ribet kok. Justru kita dapat mengeksplor ide dan kemampuan kita ke dalam bentuk tulisan,” ujarnya.

“Terus tekuni dan upgrade tulisan-tulisan luar biasa kalian. Sharing dengan orang-orang yang sudah lebih dahulu terjun ke dunia karya tulis ilmiah tentunya dapat menambah semangat dalam menulis,” pungkasnya. (tiwi)

Tiwi Kasavela

Recent Posts

Sustainability Bond bank bjb Oversubscribed Hingga 4,66 Kali

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…

16 jam ago

Sengit! Persib Kandaskan Borneo FC Lewat Gol Ciro Alves

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…

17 jam ago

Cucun Syamsurijal Laporkan Anggota DPRD Kab. Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…

18 jam ago

Cucun Syamsurijal: Pilkada Ibarat Sepak Bola

KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…

19 jam ago

Peluang Emil Audero di Timnas Indonesia Kata Erick Thohir

WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…

20 jam ago

Insting Shin Tae-yong Terbukti di Laga Kontra Arab

WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…

21 jam ago