BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Gufron Lana (35), penjual Bubur Ayam Alan Jaya, sejak pekan lalu menghentikan aktivitasnya berjualan bubur di Pasar Cangkring, Jalan Terusan Suryani, Kota Bandung. Bukan karena gulung tikar, melakukan karena ia fokus melakukan aksi sosial.
Setiap hari, rata-rata 500 porsi bubur ayam gratis ia berikan bagi pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) di Bandung. Ia ingin membantu meringankan beban dan berharap mereka segera sembuh.
Ide menggratiskan bubur bagi pasien isoman ini berawal dari adanya pasien COVID-19 yang sedang isoman di sekitar rumahnya. Ia tahu bagaimana sulitnya pasien isoman beraktivitas, termasuk mendapatkan akses makanan.
Begitu PPKM Darurat diberlakukan di Bandung, ia terpikir untuk membantu pasien isoman dengan memberikan bubur ayam gratis. Ia lalu menyebarkan broadcast message melalui grup WhatsApp untuk mengumumkan programnya itu.
Awalnya, bubur gratis itu hanya akan diberikan bagi mereka yang radius tempat isoman dengan tempat tinggalnya maksimal berjarak 2 kilometer. Namun, entah siapa yang menambahi informasi jika bubur gratis itu akan diberikan bagi mereka yang tempat isomannya radius 10 kilometer.
Alhasil, permintaan yang datang begitu membeludak. Gufron bahkan sampai menguras tabungan yang tadinya untuk uang muka rumah. Gayung bersambut, hal itu direstui sang istri yang tak kalah semangat ingin membantu pasien isoman.
Dengan cara itu, semua permintaan yang masuk akhirnya bisa terpenuhi. Namun, sejak hari kedua, tabungan yang ada sudah ludes. Meski begitu, program itu akhirnya bisa terus berjalan hingga sekarang karena perlahan ada donasi yang masuk.
“Alhamdulillah ada yang membantu, jadi bisa jalan terus,” ucap Gufron.
Tidak hanya bubur gratis, ia juga menggratiskan biaya antar. Ia merekrut pengemudi ojek online dan warga sekitar yang mau membantu mengantarkan bubur pada pasien isoman. Gufron pun memberikan ongkos pada mereka untuk sekadar mengisi bensin.
Para pengemudi dan warga itu pun tak keberatan. Mereka rela meluangkan waktunya untuk mengantarkan bubur pada pasien isoman. Mereka sama-sama punya niat ingin membantu isoman dengan cara yang bisa dilakukan.
Untuk membuat bubur ini ini, Gufron biasanya sudah mulai sibuk dari pukul 02.00 WIB. Setelah salat subuh, kesibukan pun berlanjut untuk menyiapkan aneka topping dan mengemas bubur.
“Setelah azan subuh itu biasanya sudah ada ibu-ibu warga sini yang ikut bantu. Setelah beres, penyalurannya dilakukan mulai jam 05.30 WIB,” jelas Gufron.
Masing-masing pengemudi lalu akan membawa puluhan porsi bubur ayam untuk dikirimkan pada pasien isoman. Biasanya, pengiriman dilakukan dua kali, pagi dan sore.
Gufron sendiri berencana menjalankan program bubur gratis itu hingga berakhirnya masa PPKM Darurat pada 20 Juli 2021. “Kalau ada rezeki lebih, saya akan perpanjang selama masih ada orang yang harus isoman buat meringankan mereka,” ujarnya.
Soal programnya itu, Gufron tak mau hitung-hitungan, termasuk ia rela tak bisa berjualan demi fokus dengan kegiatan sosialnya. Bahkan, demi program itu, ia bukan meraup untung, melainkan ‘buntung’.
Namun, hal itu bukan masalah baginya. Ia percaya rezeki sudah diatur Allah SWT. Sehingga, ia hanya berusaha berbuat baik dengan caranya. Soal rezekinya nanti terganti atau tidak, ia menyerahkannya pada Yang Maha Kuasa.
Ia juga tak mempermasalahkan pasien isoman yang dibantunya meski berasal dari kalangan mengenah atas atau bahkan orang kaya sekalipun. Sebab, saat menjalani isoman, uang seolah tidak berarti.
Sehingga, menurutnya butuh orang-orang yang mau bergerak untuk membantu. Sebab, di masa sulit seperti sekarang, saling membantu jadi solusi nyata untuk sama-sama mengatasi dampak pandemi.
Dalam urusan saling bantu, ia memandang tak ada ukuran apakah seseorang itu orang kaya atau bukan. Yang terpenting, seseorang itu mau melakukan aksi nyata atau tidak. “Alhamdulillah sampai sekarang masih bisa ngirim (bubur gratis), masih bisa bantu orang,” ungkap Gufron. (ors)