HEADLINE

Puncak Darurat COVID-19 di Jabar Sudah Terlewati

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COMPuncak darurat kasus COVID-19 di Jawa Barat diklaim sudah terlewati. Hal itu berkaca dari bed occupancy ratio (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit yang turun cukup drastis.

Terhitung Jumat (13/8/2021), BOR rumah sakit di Jawa Barat untuk pasien COVID-19 mengalami penurunan hingga 34 persen. Ini merupakan angka terendah dibanding sebelumnya pada saat masa Idul Fitri yang hanya mencapai penurunan 28 persen.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun menyebut penurunan BOR saat ini sebagai rekor tersendiri. Sebab, sebelumnya BOR yang ada sangat tinggi. Di saat yang sama, penurunan BOR ini menandakan kasus kedaruratan COVID-19 di Jawa Barat sudah usai.

“Jadi sudah lewat puncak gunung kedaruratannya saat BOR kita 91 persen, sekarang sudah turun tinggal sepertiganya di 34 persen,” ujar Emil, sapaan akrabnya, di GOR Saparua, Kota Bandung.

Meski kondisi darurat sudah melandai, perlu berbagai langkah untuk mencegah kenaikan kasus baru. Salah satunya adalah memaksimalkan vaksinasi. Sehingga, kekebalan kelompok diharapkan segera tercapai.

Dengan cara itu, meski nantinya ada yang terpapar COVID-19, namun kondisinya diharapkan tidak bergejala. Sehingga, secara perlahan COVID-19 bukan lagi virus yang mengerikan.

“Karena COVID-19 tidak akan hilang dalam hidup kita, itu dugaan saya. Tapi kita tidak lagi dalam kecemasan dengan skala pandemi, tidak ada lagi kedaruratan yang membuat kita susah ekonomi. Yang ada adalah semua usaha boleh buka, sekolah boleh buka, tapi tetap tetap pake masker, 5M dijaga,” jelas Emil

Upaya vaksinasi sendiri terus dilakukan secara masif. Bahkan, belakangan ini progresnya diklaim signifikan. Tiga bulan lalu misalnya, cakupan vaksinasi hanya 50 ribu dosis per hari. Namun, saat ini jumlahnya naik tiga kali lipat hingga 150 ribu dosis per hari.

Meski begitu, jumlah penduduk Jawa Barat yang sangat banyak mengharuskan cakupan vaksinasi terus diperluas. Ditargetkan, Jawa Barat harus mampu mencapai 400 ribu dosis per hari,agar target kekebalan kelompok pada Desember 2021 dapat tercapai.

“(Cakupan) 400 ribu (dosis) per hari sudah kami sampaikan ke pemerintah pusat, itu syarat kami bisa selesai di bulan Desember. Oleh karena itu, Kami memohon suplai vaksin Jawa Barat harus proporsional dengan jumlah penduduknya. Karena selama ini jumlah vaksin yang diberikan memang Jawa Barat paling banyak, tapi kurang proporsional, harusnya berlipat-lipat,” tuturnya.

Sementara itu, untuk mengejar target 400 ribu dosis per hari, menurutnya Jawa Barat membutuhkan pasokan vaksin hingga 15 juta dosis per bulan dengan dua strategi vaksinasi. Pertama, mengoptimalkan infrastruktur pemerintah, termasuk klinik dan rumah sakit. Yang kedua melakukannya bersama pihak-pihak penyelenggara sentra vaksinasi.

“Strategi kedua inilah yang diperlihatkan melalui kolaborasi banyak pihak. Di Gelora Saparua ini melalui salah satunya JQR, BB1% MC, Stikes. Kemudian kami tentunya dititipkan oleh Komite Vaksinasi Jabar, Kadisdik yang saya tugaskan, dan semua sponsor-sponsor yang ternyata banyak sekali. Kenapa? Karena kedaruratan kita sudah sudah turun gunung,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Divisi Percepatan Vaksinasi COVID-19 Jawa Barat Dedi Supandi menegaskan pihaknya bakal terus menggencarkan vaksinasi mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada.

“Ada substitusi perencanaan, pos vaksin, dan mobilisasi. Ini ada di setiap daerah. Lalu, pokja vaksin yang terus mobile di daerah,” ujar Dedi Supandi.

Khusus memasuki bulan peringatan HUT ke-76 RI di bulan Agustus ini, pihaknya juga akan memanfaatkan momentum sebagai bagian dari upaya mempercepat vaksinasi, termasuk vaksinasi yang digelar serentak di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.

“Jadi, nanti di 28 agustus akan ada vaksin serempak di 27 daerah dengan tagline Merdeka COVID-19. Kami dan gubernur akan menyaksikan secara virtual. Kegiatan ini sekaligus untuk mencapai simulasi 400 ribu dosis per hari,” jelasnya.

Dedi mengatakan, pihaknya juga bakal mengerahkan pelajar di Jawa Barat dalam upaya percepatan vaksinasi. Nantinya, setiap pelajar akan membawa tiga anggota keluarganya untuk divaksin. Konsep ini disebut vaksinasi gendong.

“Jadi, bagaimana siswa bisa membawa tiga orang, misalnya orang tua atau kakek dan neneknya, agar upaya percepatan vaksinasi ini dapat terwujud,” pungkasnya. (ors)

Yatti Chahyati

Recent Posts

Ledia Hanifa: Kenaikan Biaya UKT Sebagai Langkah Sembrono, Tidak Solutif dan Tidak Nyambung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Melihat keluhan dan penolakan atas kenaikan biaya UKT di berbagai kampus negeri…

5 jam ago

Persib Dipastikan Tampil di Final Liga 1

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung melenggang ke final Liga 1 2023/2024. Kepastian itu didapatkan setelah…

5 jam ago

Cegah Pengangguran Karena Lonjakan Penduduk Paska Lebaran, DPRD Kota Bekasi Minta Pemkot Mendata Penduduk Baru

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Moment mudik Lebaran 2024 memang sudah berakhir. Namun, permasalah kependudukan biasanya terjadi…

9 jam ago

Seminar Nasional Hima Pendidikan Biologi FKIP Pasundan

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Himpunan mahasiswa Pendidikan biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan (Hima…

11 jam ago

Marak Aksi Tawuaran Antar Remaja, DPRD Kota Bekasi Beri Perhatian

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Kenakalan remaja di Kota Bekasi sudah masuk kategori darurat, jadi bom waktu…

11 jam ago

Rektor Unpas Ingin Lulusan Miliki Sertifikasi Kompetensi

*)Sebanyak 1241 Mahasiswa Unpas Dilantik Menjadi Sarjana BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM –  Rektor Universitas Pasundan (Unpas) Prof.…

12 jam ago