BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Dr. Wentri Merdiani, SE.,MM lulusan program Pascasarjana Universitas Pasundan berbagi kiat sukses dalam menempuh studi di usia muda.
Sebelumnya Wentri menyelesaikan studi S3 pada program Doktor Manajemen di Universitas Pasundan di usianya yang ke 29 tahun.
Kemudian ia dinobatkan sebagai salah satu lulusan terbaik dalam Sidang Terbuka Senat Unpas dalam rangka wisuda sarjana, magister dan doktor gelombang I tahun akademik 2021/2022.
Saat ini, selain menjadi Dosen Tetap International Women University, Wentri juga aktif sebagai Ketua LPPM di International Women University, Dosen Luar Biasa Universitas Terbuka.
Di samping itu, ia juga merupakan Founders Home Spa Wentrys, Owner Publish Yard Cafe, Ketua Yayasan Daarul Az Zubaidi, Ketua LPK Wentrys Sajad Sukses, Trainer di Kementerian Tenaga Kerja/Kemenaker (BBPPK & PKK Lembang), Instruktur di BLK
Lembang, Motivator Pelatihan Pembekalan Inkubasi Bisnis, Narasumber Pelatihan Spa, Therapis dan menjadi Narasumber Pelatihan Beauty Class Make-Up.
“Motivasi saya melanjutkan studi S3 berasal dari Keluarga saya. Berawal dari orang tua saya yang ingin melihat saya menjadi dokter. Namun apa daya saya yang ketakutan dengan darah, sehingga beralih ke Jurusan Ekonomi Manajemen,” tuturnya mengawali perbincangan.
Dalam hati, Wentri pun berjanji untuk sekolah lebih tinggi agar bisa membanggakan kedua orang tuanya. Maka dari itu, sejak lulus SMA, ia tidak berhenti melanjutkan studi hingga S3.
“Meskipun tantangan datang silih berganti.Tentu itu tidak menyurutkan semangat saya untuk terus sekolah. Prinsip saya hanya satu, ‘Saat-saat sulit
akan menguji saya, tetapi mereka tidak bisa menghancurkan saya’ Maka setelah lulus S3 gelar saya bukan dokter tetapi Doktor hehe,” ucapnya.
Sehingga, sambung Wentri, ke dua orang tuanya justru lebih bahagia dengan gelar akademik yang diraih.
“Dengan gelar ini saya membuat sejarah baru dihidup saya. Sejarah Wentri Merdiani,” ujar perempuan yang lahir di Bandung, 13 Juni 1991.
“Selain itu Alhamdulillah saya diberikan kepercayaan untuk memiliki seorang putra yang bernama Dirganof Alsajadry Gameel, saya berpikir untuk bisa secepat mungkin menyelesaikan pendidikan S3 saya. Karena harapan saya, ingin sekali anak saya dapat mengikuti jejak saya
kelak,” ulasnya.
Bagi Wentri, pendidikan tertinggi bukan semata-mata diperuntukan untuk dirinya pribadi, namun ada sebuah generasi yang harus ia didik serta besarkan yakni anaknya.
Bagaimana ia mampu mencetak generasi yang hebat jika dia sendiri tidak bersekolah atau tidak berusaha memantaskan diri. Hal tersebut juga menjadi bagian dari motivasi utama menempuh pendidikan tinggi.
“Saya berpikir bahwa jikalau harta kelak dapat habis jika tidak pandai mengelola, sedangkan ilmu tidak akan habis bahkan dicuri. karena jika harta, saya yang jaga sedangkan ilmu, saya yang dijaga.. ‘Namun saya kira, buah di balik pendidikan tertinggi tidak hanya terletak dari sebuah penghargaan saja. Sebab Bagiku Penghargaan tertinggi dari kerja keras untuk bersekolah bukanlah pada apa yang kamu hasilkan melainkan bagaimana kamu berkembang
karenanya” paparnya.
Maka dari itu Wentri berharap pendidikan tertinggi yang sudah ia raih ini dapat membantunya untuk terus berkembang ke arah yang semakin baik.
Segudang Manfaat Berpendidikan Tinggi
Wentri juga bercerita dengan menempuh pendidikan tinggi hingga S3 sangat memberikan banyak segudang manfaat untuknya, selain memiliki rekan serta kolega lebih banyak. Terutama dalam dunia profesinya yaitu dosen.
Memiliki pendidikan tinggi di usia muda juga mampu mendukungnya untuk menempuh jenjang karier yang lebih tinggi.
“Maka dari itu saya Mohon doanya dari semua. Semoga saya dapat menjadi Guru Besar dengan Cepat ya hehe..Aamiin allahumma aamiin..memang cita-cita yang saat ini menjadi motivasi berkarier yakni untuk menjadi Guru Besar atau Professor, karena menurut saya, memiliki ambisi serta cita-cita merupakan hal penting, asalkan diiringi dengan sejuta Doa
kepada sang Pencipta.”
“Bagaimana saya dapat menggenggam urusan dunia, jika yang memiliki dunia tidak dekat dengan saya. Bagi saya apalah arti jika pendidikan dunia sangat
tinggi bahkan S3 namun pendidikan akhirat hanya sampai TK,” sahutnya.
Manajemen Waktu yang Baik
Adapun soal cara mengatur waktu antara perkuliahan, pekerjaan dan keluarga, Wentri berkata bahwa ia sudah terbiasa mengerjakan banyak hal sejak kecil.
“Disadari atau tidak, saya memang sedari kecil sudah terlatih untuk multitasking. Artinya saya sudah mulai membiasakan diri untuk melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Bahkan saat belum lulus sarjana, saya tengah merintis usaha salon spa di Lembang sembari
menyelesaikan studi S1 saya. Maka dalam hal ini, dalam manage waktu antara kuliah, pekerjaan serta keluarga dibutuhkan support serta pengertian terutama dari keluarga saya,” tandasnya.
Walaubagaimanapun, sambung Wentri, tetap ada beberapa hal yang harus dikorbankan. Ketika ia menyelesaikan pendidikan doktor, sembari didera sakit panjang hingga mengharuskan
untuk di rawat di RS.
“Untuk memanage waktu yang baik, saya awali dengan membuat Mind Map hal ini berguna untuk memetakan pikiran mengenai konsep hidup saya hingga goals yang tertuang secara visual. Baru setelahnya di lanjutkan dengan membuat Road Map,” tandasnya.
Dalam satu minggu, lanjut Wentri, ia selalu membuat sebuah catatan agenda pribadi, mulai hari Senin hingga Minggu. Apa saja yang harus ia kerjakan, berapa lama waktunya hingga tenggat waktu yang tersedia atau deadline.
Hal ini bertujuan, agar dirinya dapat membuat durasi waktu (time line) pengerjaan disertasi semakin cepat, dengan mencicil sedikit demi sedikit.
Begitupun untuk agenda mengajar maupun aktifitas lain selain Tridharma Perguruan Tinggi. Bahkan untuk acara keluarga pun untuk menghindari lupa, maka ia akan membuat catatan, jika misalkan di Hari minggu akan ada Jalan- jalan bersama keluarga, tentu ia akan catat juga.
“Pada kenyataannya, saya pun pernah mengalami kepayahan bahkan nyaris menyerah. Dikarenakan situasi dan kondisi yang sering kali tidak mendukung. Bahkan jujur, judul disertasi saya pernah di revisi hingga 5 kali ganti judul lho..hehe..Jika saya menyerah, maka saya kalah..Saya tidak mau buruknya mental membuat saya hancur, dan goals saya tidak terealisasi dengan baik. Alhamdulillah Promotor saya adalah (Prof.Dr.Ir.H Eddy Jusuf Sp,
MSi.,M.Kom.,I.P.U)/ Rektor Unpas dan Co-Promotor (Prof.Dr.Hj.Umi Narimawati, Dra.,SE.,MSi)/Wakil Rektor Unikom selalu memberikan support yang luar biasa untuk saya,” ungkapnya.
“Saya pun selalu mengingat pada motivasi yang selalu saya pegang. Harta, saya yang jaga, Namun Ilmu, saya yang dijaga. Karena mengingat ilmu yang kelak akan menjaga saya. Maka saya harus bisa selesaikan meskipun dengan usaha, doa serta air mata,” ungkapnya.
Memiliki Mindset Untuk Sukses Melanjutkan Studi
Wentri Merdiani pun berbagi tips sukses dalam menempuh pendidikan di usia muda.
Ia mengatakan bahwa kita harus mimiliki mind set atau pola pikir yang benar, jika semakin cepat, tantangan semakin mendekat. Maksudnya saat ingin lulus cepat, sadari betul bahwa akan banyak rintangan, tantangan dan ujian.
“Miliki Impian yang Besar, Kita harus punya mimpi yang terbaik dalam hidup kita. Misal ingin IPK tertinggi atau Cumlaude,” tuturnya.
Selanjutnya terang Wentri siapkan mental, karena seiring mimpi yang besar terdapat tantangan yang besar.
“Usia muda tak ayal mendapat perlakukan berbeda karena sering kali diremehkan, tapi ini membuat mental semakin terasah. Karena ketika anda sukses dengan capaian besar.. Maka semua orang akan bertepuk tangan untuk anda,” ulasnya.
Selanjutnya ujar Wentri sikap mental lainnya yang harus dimiliki adalah Take Action atau Lakukan hal yang mendukung mewujudkan mimpi.
“Buat rencana belajar, mata kuliah bobot tinggi harus mendapat nilai tinggi. Maka tuangkan hal tersebut dengan
Belajar Terus. Jangan pernah berhenti belajar, dalam hal apapun tidak hanya konteks akademik, pengalaman hidup pun bagian dari belajar. Untuk kategori belajar terus, saya sejujurnya paling rajin kuliah, saya jarang bolos, kecuali alasan yang sangat mendesak atau sakit, bahkan untuk catatan pembelajaran dikelas, saya paling lengkap lho. Biasanya ketika mid exam atau final exam tiba.. Rekan-rekan akan sibuk mengfotocopy catatan saya,” ulasnya.
Wentri juga mengingatkan untuk jangan Pantang menyerah.
“Ingat kisah diatas, bahwa Judul disertasiku di revisi hingga 5 kali,
maka untuk rekan-rekan semua yang merasa berada di titik terendah /krisis semangat menyelesaikan studi.. Yuk bangun yuk.. Kalian bisa..Kalian Pasti Bisa, bersama upaya dan doa,” tandasnya.
Di samping itu lanjut Wentri adalah memantaskan Diri, Ini sebetulnya yang pertama dan utama, lewat doa kita minta untuk dipantaskan oleh Sang Pencipta, dipantaskan untuk bisa sukses serta segala cita-cita dapat terlaksana.
“Saya juga ingin menyampaikan untuk rekan-rekan diluar sana yang tengah berusaha. Saya tahu dan pernah merasakan bagaimana perjuangan menjadi seorang mahasiswa/i. Memang ini dirasa cukup sulit dan menantang, sering kali kita dikejutkan dengan tugas seabrek, atau mungkin bimbingan
penelitian yang menantang, karena tidak kunjung usai revisi. Namun saya harap, tolong tetap kuat serta semangat. Ingatlah diluar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung anda.”
“Berapa banyak orang tidak dapat kuliah? Bagaimana wajah keluarga yang menanti anda untuk lulus dan diwisuda. Maka dari itu, anda adalah orang-orang terpilih. Orang-orang yang diberi kesempatan untuk memperbaiki nasib dan sejarah untuk anda sendiri,” tandasnya.
Wentri pun berharap agar kisahnya dapat menginspirasi banyak orang. Bahwa jangan pernah berhenti
bermimpi.
“Apa yang terjadi saat ini adalah buah dari masa lalumu. Dan jika saat ini anda berada pada posisi terendah anda, ingatlah satu hal. Posisi ini akan berubah bersama waktu,usaha dan doa,” pungkasnya. (tiwi)