PASBANDUNG

Pandemik Angka Stunting di Bandung Justru Turun

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COMAngka stunting di Kota Bandung turun, meski dalam masa pandemic, Posyandu masih bisa melakukan penimbangan meski dengan segala keterbatasan.

“Jadi selama ini, RW masih bisa melaksanakan penimbagan balita meskipun dalam masa pandemic,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Ahyani Raksanagara, belum lama ini.

Dengan begitu, bisa didapatkan data bahwa angka stunting di Kota Bandung turun, sebanyak 1.999 atau sekitar 1,34%.  Beberapa hal yang mendorong penurunan angka stunting ini adalah, pemanfaatan dana maksimal, sanitasi diperbaiki dengan ODF, intervensi seperti ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan.

Ahyani mengatan atas segala upaya penangana stunting, Kota Bandung mendapatkan apresiasi dari pemerinntah pusat. Karena Setiap tahun Kota Bandung melakukan 8  stunaksi interupsi dalam mengatasi stunting, dan pada point ke 7 harus memberikan laporan progres penanganan stunting.

“Karena adanya konvergensi stunting ini, lalu kota Bandung menjadi lokus,” tambah Ahyani.

Disinggung mengenai ada beberapa kendala dalam melakukan pencatatan data balita di Kota Bandung, Ahyani mengakui hal tersebut. Diantaranya pencatatan data berat badan dan tinggi badan balita.

“Yang namaya pencatatan oleh masyarakat, kan memang mungkin ada kekeliruan. Namun, setelah didata kan akan dilakukan verifikasi,” tegasnya.

Selain itu, Ahyani juga mengatakan, ada system yang membantu menyatakan apakah seorang banyi diyatakan stunting atau tidak.

“Jadi setelah dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan, akan dimasukkan ke system. Sehingga, nanti system akan menggolongkan balita tergolong stunting atau tidak,” tambahnya.

Beberapa hal yang mempengaruhi stunting adalah, masukan gizi yang bisa diatur, pola asuh dan sanitasi.

Sementara itu, Camat Cibiru Didin Dikayuana mengatakan, di wilayahnya ada beberapa ketidak akuratan dalam mencatat data bayi. Salah stunnya adalah data berat badan bayi, di mana Ketika menimbang berat badan, skala timbangan tidak menunjukan angka nol.

“Kalau begitu, kan kita tidak bisa benar-benar yakin apakah data yang tercantum merupakan data sebenarnya atau bukan,” katanya.

Selain itu, ada juga ketidak akurayan saat mengukur tinggi badan bayi. Dimana mengukukr tinggi, Ketika balita dalam keadaan digendong. Sehingga, tidak bisas benar-benar dikurur berapa tingginya.

“Kita juga bingung, sebenarnya siapa sih yang bisa menentukan seorang bayi ini stunting atau tidak,” tambahnya.

Sehingga, didin meminta adanya bernaikan dan kejelasan system sehingga bisa yakin bahwa data yang dimasukkan ke dalam system benar-benar akurat. (put)

Yatti Chahyati

Recent Posts

Korban Gempa di Cibereum Mulai Mengeluh Penyakit Pasca Bencana

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Sejumlah warga korban gempa bumi di Desa Cibereum, Kecamatan Kertasari, mulai mengeluhkan…

46 menit ago

Ribuan Warga Masih Bertahan di Pengungsian Gempa Kertasari, Butuh Makanan dan Selimut

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Empat hari setelah gempa bumi mengguncang Kertasari, ribuan warga masih bertahan di…

2 jam ago

Ternyata Makassar hingga Sumedang Tercatat Paling Panas di Asia Tenggara!

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Analisis terbaru dari Climate Central mengungkapkan bahwa empat kota di Indonesia, yaitu…

3 jam ago

Pj Gubernur Jabar: Edukasi Bencana Harus Gencar, Siapkan Peralatan Darurat Lebih Baik

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, mengungkapkan bahwa penanganan korban…

4 jam ago

Kalahkan Jakarta, Jawa Barat Kumpulkan 538 Medali di PON XXI Aceh – Sumut

WWW.PASJABAR.COM -- Jawa Barat resmi menyabet status sebagai juara umum di Pekan Olahraga Nasional (PON)…

15 jam ago

Mapag Hujan: Aksi Bersih Sungai Menyambut Musim Hujan di Kota Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Pemerintah Kota Bandung mengadakan kegiatan Mapag Hujan (Maraton Bebersih Walungan dan Susukan)…

16 jam ago