BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek), Kemendikbudristek memberikan dua penghargaan SPADA Award tahun 2021 kepada ITB. Dua penghargaan tersebut, yaitu Perguruan Tinggi Terbaik dengan Dukungan Institusi terhadap Pembelajaran Daring dan Perguruan Tinggi Terbaik Pelaksanaan Pembelajaran Daring.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Diktiristek, Prof. Aris Junaedi menerangkan penghargaan ini diberikan sebagai wujud penghargaan kepada insan perguruan tinggi, untuk dosen maupun institusi dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran daring. Rangkaian pelaksanaan sudah diselenggarakan sejak Agustus 2021 dengan mengumumkan kepada perguruan tinggi dan dosen dalam tiga kategori.
Penilaian yang dilakukan melalui pengisian angket dengan beberapa kriteria penilaian yang telah ditetapkan pada masing-masing kategori.
“Dengan diberikannya apresiasi ini, diharapkan jumlah perguruan tinggi dan mata kuliah yang dapat di-sharing kepada SPADA Indonesia dapat meningkat. Dan tentunya dapat meningkatkan akses terhadap materi pembelajaran yang berkualitas dan bermutu,” katanya dalam laporan apresiasi SPADA Award 2021.
Tranformasi digital
Direktur Direktorat Pengembangan Pendidikan (Ditbangdik) ITB, Yusep Rosmansyah, S.T., M.Sc., Ph.D., mengungkapkan apresiasi ini hasil dari kerja bersama-sama karena dalam pelaksanaan pembelajaran daring banyak arahan dari Rektor, WRAM, dan WRURK, serta masukan dari dosen dan fakultas/sekolah.
“Kita bersyukur atas penghargaan ini, meskipun kita tidak menarget hal tersebut. Ditbangdik hanya menjalankan tupoksi dalam meningkatkan proses pembelajaran sebaik dan seefektif mungkin,” katanya.
Yusep mengatakan, ada beberapa aspek yang telah dilakukan ITB dalam rangka transformasi digital pendidikan di ITB. Aspek pertama yaitu peningkatan sumber daya manusia.
“Kita melakukan pelatihan dan kemampuan internal di Ditbangdik. Setelah tim internal sudah meningkat kemampuannya barulah kita melakukan workshop pelatihan untuk seluruh dosen, lalu melakukan pelatihan kepada tendik fakultas/sekolah,” ujarnya.
Aspek kedua, lanjutnya, Ditbangdik juga meningkatkan kualitas sarana-prasarana studio pembelajaran, baik dari sisi perangkat keras (komputer, kamera, dll) dan perangkat lunak dengan membuat Learning Management System (LMS) Edunex.
“Sampai sekarang LMS Edunex sedang masuk tahap ke-3 dalam pengembangannya,” jelas Yusep.
Aspek ketiga dari proses pelayanan pendidikan. Saat ini Ditbangdik ITB sudah mengantongi sertifikat ISO 9001:2015, dan sedang menambah ke ISO 21001:2018.
“Software yang mendukung hal ini, seperti aplikasi care center dan dashboard pemantauan progres kita adakan. Pokoknya, segala aspek transformasi diterapkan di segala lini, mulai dari SDM, teknologi, proses, dan manajemennya,” imbuhnya.
Yusep menegaskan, perjalanan masih panjang, pengembangan pembelajaran Ditbangdik akan terus dilakukan. Ke depannya yang tengah menjadi konsen adalah memulai pemutakhiran pembelajaran multikampus baik itu di kampus Cirebon, Jatinangor, maupun Ganesha.
Sehingga nantinya, mahasiswa dapat kuliah di mana saja dengan kualitas pelayanan yang sama. Selain itu, Yusep mengungkapkan transformasi pendidikan di ITB dilakukan pada empat aspek, yaitu transformasi SDM, teknologi, proses, dan tata kelola informasi. (ytn)