JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mulai tahun 2022, menyiapkan tiga opsi kurikulum yang bisa dipilih oleh satuan pendidikan untuk pemulihan pembelajaran di masa pandemi COVID-19. Kurikulum 2013, kurikulum darurat (kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan kurikulum prototipe.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek, Supriyatno, mengatakan kurikulum prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan, untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024.
Ia menjelaskan, dalam pengembangan kurikulum prototipe, Kemendikbudristek melakukan penyusunan dan pengembangan struktur kurikulum, capaian pembelajaran, prinsip pembelajaran, hingga asesmen.
“Tetapi untuk kurikulum prototipe ini satuan pendidikan diberikan otoritas, dalam hal ini guru, sehingga sekolah memiliki keleluasaan. Karena yang dituntut adalah capaian pembelajaran di tiap fase. Dalam kurikulum prototipe, ada fase A, B, C, D, dan E. Fase-fase ini memberikan keleluasaan pada guru bagaimana mencapai capaian pembelajaran di masing-masing fase,” katanya dikutip dari laman kemdikbud, Kamis (23/12/2021).
Supriyatno mengungkapkan, operasional pada kurikulum prototipe bisa dikembangkan di satuan pendidikan. Sekolah diberikan keleluasaan, untuk memilih atau memodifikasi perangkat ajar dan contoh kurikulum operasional, yang sudah disediakan pemerintah. untuk menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik, atau menyusun sendiri perangkat ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.
“Namun pusat (Kemendikbudristek) tetap menyediakan perangkat ajar seperti buku teks pelajaran, contoh modul ajar mata pelajaran, atau contoh panduan proyek profil pelajar pancasila,” imbuhnya.
Learning loss
Pemulihan pembelajaran di masa pandemi COVID-19 penting dilakukan, untuk mengurangi dampak kehilangan pembelajaran (learning loss) pada peserta didik. Salah satu indikasi (learning loss) yang tampak, berkurangnya kemajuan belajar dari kelas 1 ke kelas 2 SD setelah satu tahun pandemi.
Hasil riset Kemendikbudristek menunjukkan, sebelum pandemi, kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD), sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi.
Setelah pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan. Untuk literasi, setara dengan enam bulan belajar, sedangkan untuk numerasi, tersebut setara dengan lima bulan belajar.
Data tersebut merupakan hasil riset Kemendikbudristek yang diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari tujuh kabupaten/kota di empat provinsi, pada Januari 2020 dan April 2021.
Sejak 2020, sebagai bagian dari mitigasi, sekolah diberikan dua opsi, yaitu menggunakan kurikulum 2013 secara penuh, atau menggunakan kurikulum Darurat, yakni Kurikulum 2013 yang disederhanakan.
Kurikulum darurat diberlakukan, agar pembelajaran di masa pandemi dapat berfokus pada penguatan karakter dan kompetensi mendasar. Ternyata selama kurun waktu 2020—2021, siswa pengguna kurikulum darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik. Daripada pengguna kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya.
Kemudian pada tahun 2021, Kemendikbudristek memperkenalkan kurikulum prototipe sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran. Kurikulum Prototipe ini mulai diterapkan di Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK). (ytn)