JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM — Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengungkapkan di masa tanggap darurat perpanjangan kedua dari erupsi Gunung Semeru. Salah satu prioritas posko, yaitu penyiapan lahan relokasi. Pihak posko dan pemerintah daerah, telah menyiapkan lahan untuk pembangunan hunian sementara (huntara).
Dua lokasi telah dipilih menjadi relokasi warga terdampak erupsi, yaitu di Desa Sumbermujur di Kecamatan Candipuro dan Desa Oro-Oro di Kecamatan Pronojiwo. Lokasi relokasi telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melalui surat keputusan Nomor 1256/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2021. Area yang diperuntukkan untuk relokasi seluas total 90,98 hektar.
Sampai saat ini berdasarkan data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Erupsi Gunung Semeru per 21 Desember 2021, pukul 18.00 WIB mencatat total korban meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru menjadi 51 jiwa.
Penambahan korban tersebut, kata Abdul Muhari berasal dari warga yang sebelumnya dirawat akibat luka bakar. Sementara itu, jumlah warga mengungsi berjumlah 10.395 orang, yang tersebar di 410 titik pengungsian.
Pengungsian terkonsentrasi di tiga kecamatan, yaitu Pasirian 17 titik dengan jumlah pengungsi 1.746 orang, Candipuro 21 titik terdiri dari 4.645 orang, dan Pronojiwo delapan titik 1.077 orang.
Sebaran titik pengungsi juga teridentifikasi di Kabupaten Lumajang, sedangkan di luar kabupaten tersebut, pengungsian berada di Kabupaten Malang sembilan titik terdapat 341 orang.
Kabupaten Blitar satu titik ada tiga orang, Kabupaten Jember tiga titik 13 orang, dan Kabupaten Probolinggo satu titik 11 orang. Posko terus memutakhirkan data pengungsian akibat dampak erupsi Semeru. (ytn)