BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Tim peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mengembangkan perangkat bernama GAMA-KiDS. Untuk meningkatkan kemampuan Posyandu dalam melakukan deteksi dini stunting.
GAMA-KiDS pertama kali dikembangkan, pada 2019 dan diteliti lebih lanjut pada 2020. Pada 2021 melalui pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan diuji coba pada Posyandu di Yogyakarta dan Aceh.
Sebelum diberikan kepada kader Posyandu, tim peneliti terlebih dahulu melakukan expert judgement, suatu tahapan penelitian dengan melakukan wawancara pada beberapa pakar di bidang antropometri dan pengembangan media promosi kesehatan.
Alat ini memiliki karakteristik portable, aman, dan ramah anak. Terdiri dari tikar panjang badan dengan panjang 100 cm dan ketelitian 0,1 cm serta desain yang menarik bagi anak.
“Desain alat juga dipastikan tidak terdapat ujung yang tajam sehingga aman bagi anak. Selain itu, terdapat cakram ukur status gizi yang didesain khusus untuk anak usia 0-24 bulan,” kata salah satu anggota tim peneliti, Siti Helmyati dikutip dari laman ugm, Minggu (26/12/2021).
Siti menerangkan, stunting merupakan kondisi tinggi atau panjang badan anak yang kurang dari 2 standar deviasi dari rerata tinggi atau panjang badan kelompok usianya. Stunting dapat berdampak pada penurunan kemampuan kognitif, sistem imun yang lemah, dan perkembangan emosional yang kurang.
“Apabila seorang anak stunting tidak segera dilakukan upaya perbaikan status gizi, di masa dewasa ia tidak akan menjadi orang yang produktif, mudah sakit, dan menjadi beban baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dan negara,” imbuhnya.
Kendala
Upaya deteksi dini stunting, menurutnya, masih menghadapi sejumlah kendala. Belum semua kader Posyandu mampu melakukan deteksi dini stunting. Selain itu, tidak semua daerah memiliki alat ukur panjang badan yang valid.
Banyak alat ukur panjang badan, yang digunakan dibuat sendiri secara swadaya oleh masyarakat dan belum teruji validitasnya. Pada masa pandemi, kondisi ini semakin parah karena banyak posyandu harus ditutup untuk mencegah penularan. Sehingga sejumlah kader posyandu, harus mendatangi rumah-rumah balita untuk melakukan pengukuran.
Pengembangan GAMA-KiDS masih dilakukan hingga saat ini, termasuk melalui uji coba di berbagai Posyandu di Indonesia serta pengembangan desain alat dengan bantuan tim peneliti di lingkungan UGM. (ytn)