HEADLINE

Kaprodi Magister Kenotariatan Unpas Jadi Penyair Dalam Program Lentera Puisi Persadaku.Org

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Ketua Prodi Magister Kenotariatan Universitas Pasundan , Irma Rachmawati., S.H., Sp.I, M.H., Ph.D, mengikuti program Lentera Puisi yang diselenggarakan oleh Persadaku.Org.

Dalam acara ini, Irma berkolaborasi dan menjadi pengantar dari penyair Ferry curtis.

Adapun program ini berhasil mengumpulkan 46 penyair dari Malaysia, Indonesia dan Singapura dalam misi mengangkat genre puisi ke tingkat yang lebih tinggi.

Upacara pembacaan puisi ini merupakan kelanjutan dari acara yang diadakan sejak tahun 2013 di Singapura.

Dilansir dari Jendela DPB, Acara ini menampilkan penyair, penyanyi puitis dan musisi tamu yang terdiri dari 9 peserta dari Malaysia, 17 peserta dari Indonesia dan 20 peserta dari Singapura.

Acara tersebut diwujudkan secara santai, ramah dan menghibur pada Sabtu (8/1/2022) Sabtu malam lalu selama lebih dari empat jam melalui aplikasi Zoom.

Menurut Umar Uzair, sejarah hadirnya Lentera Puisi dimulai sejak seri keempat dan kelima di Singapura dan ia tidak bisa menolak untuk terlibat dalam edisi keenam ketika diundang lagi karena kenangan tulus dari penyelenggara yang tidak pernah melupakannya.

“Selain memberikan apresiasi pada pertunjukan puisi, keikutsertaan saya dalam acara ini merupakan salah satu cara untuk menjembatani hubungan antar nusantara dan memperkenalkan para seniman dalam sebuah acara sastra,” ujarnya yang membagikan penampilan lagu dan puisi yang diambil dari kelompok puisi.

Pesta di Padang Jiwa ( ITBM, 2015) berjudul Demi Kesilapan Tenunganku, Maafkanlah yang termasuk dalam album keduanya yang diterbitkan oleh Meja Poedjangga, Hasrat Sang Enggang (2020).

Harapannya, lebih banyak lagi seniman muda yang tampil di Lantern of Poetry. Ia pun berharap acara tersebut tetap semarak agar persatuan yang ada selalu menyala.

Turut terlibat dalam pertunjukan pembacaan puisi tersebut adalah Dosen Senior, Fakultas Film Teater dan Animasi, Universiti Teknologi MARA, serta Exco PEMUISI, Dr. Zainatul Shuhaida Abdul Rahman.

“Tujuan keikutsertaan saya dalam program ini adalah untuk mencari kontak sekaligus membentuk jaringan dalam jaringan internasional sesama penyair di nusantara,” ujar Dr. Zainatul yang membacakan puisinya yang berjudul “Bila Ilmu Bersuara”.

Menurutnya, para penyair menampilkan kepekaan dan kepedulian yang mendalam terhadap isu-isu sosial budaya dan kemasyarakatan yang mengarah pada fase transformatif ideologis dalam penulisan dan kreasi kreatif melalui platform teknologi media.

“Pengamatan saya terfokus pada ragam isu yang diangkat, komposisi dan esai puisi modern yang bergema dengan perdebatan yang relevan dengan isu terkini. Penulis menunjukkan konsistensi dalam praktik menulis sebagai ‘wartawan jurnalistik’ untuk lebih mempererat hubungan internasional ini,” jelasnya.

Menurut Rohaidah Yon, seorang guru dari Batu Pahat, tujuan keikutsertaannya dalam program tersebut adalah untuk mengungkapkan rasa cinta dan sayang terhadap bahasa dan sastra.

“Sebagai negara serumpun, melalui pembacaan puisi ini saya juga bisa mempererat silaturahim, sekaligus mengenal penyair-penyair hebat dari negara-negara peserta,” ujarnya sambil membacakan puisinya sendiri yang berjudul “The Locomotive of Life” .

Sedangkan Indonesia diwakili oleh Mosthamir Thalib, Dr Muchid Albintani, Jodhi Yudono, Syarifuddin Arifin Dua, Kazzaini Ks, Dr Aris Ariff Mundayat, Susanty Susan Martha Putri, Lily Siti Multatuliana SutanIskandar, Dr Yuhastina Naina, Dr Irma Rachmawati Marufah, Amarty Azzahra, Ferry A Curtis, dan Asrizal Nur. Asrizal Nur adalah Ketua Persatuan Rumah Seni Asnur (PERRUAS) yang juga membacakan puisinya sendiri yang berjudul “Taman Teduh Itu Jakarta” di acara tersebut.

Ia memuji penyelenggaraan program tersebut dan menilai sangat baik bagi iklim sastra mengingat Indonesia, Singapura, dan Malaysia adalah negara sekutu.

“Puisi adalah sarana pemersatu internasional karena sebenarnya sebagai negara serumpun, seperti air yang terus-menerus dicincang,” katanya.

Ia berharap kegiatan serupa juga melibatkan negara tetangga seperti Brunei Darussalam, Thailand dan negara sekutu lainnya. Di antara peserta reguler yang mengikuti kegiatan Lentera Puisi hampir setiap tahun sejak tahun 2013 adalah Lily Siti Multatuliana SutanIskandar.

Lily, yang berasal dari Bogor, Jawa Barat, Indonesia, membacakan puisinya sendiri yang berjudul “Kelok Sembilan”.

“Saya merasa sangat senang bisa mengikuti acara ini karena bisa bertemu dengan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu, walaupun kali ini hanya melalui dunia maya,” ujar Lily.

Dijelaskannya, meski pada 2017 lalu, dirinya sudah menetap di Jakarta namun masih datang ke Singapura untuk menghadiri acara Poetry Lantern saat itu.

“Selama enam kali diadakan, saya hanya sekali absen karena ada kendala dalam urusan keluarga. Jadi, kali ini spesial karena diadakan secara virtual. Meski ada keterbatasan, kita tetap bisa bertemu dan membaca puisi,” ujarnya, berharap pandemi segera berakhir dan program tatap muka bisa lebih sering diadakan.

Singapura diwakili oleh Suratman Markasan, Maarof Salleh, Eunos Asah, Rohman Munasip, Chairul Fahmy, Abdul Rahim Omar, Khalid Bin Zainul, Samsudin Said, Hamed Ismail, Az Shariff, Mohd Khair Mohd Yasin, Herman Rothman, Cg Karmin, Anie Din, Sam Sumadi dan Ratnasam Sib II, Amnah Majid, Khaziah Bte Yem, Nordita Taib, Faridah Taib, dan Hartinah Ahmad. Yahya Hamid | Pasangan suami istri Sam Sumadi dan Ratnasam Sib II yang menyanyikan puisi Larut dan Jiwa karya Ratnasam Sib II telah berpartisipasi dua kali berturut-turut.

Menurut penyelenggara yang juga pembawa acara, Yahya Hamid, sejak awal ingin menyediakan wadah bagi para penyair atau siapa saja yang berminat membaca puisi.

“Tujuan saya hanya untuk menegakkan bahasa dan sastra Melayu, meskipun saya sendiri bukan ahli di bidang tersebut. Ke depan, saya akan meningkatkan upaya untuk melibatkan lebih banyak anak muda dalam sastra Melayu pada umumnya, dan puisi Melayu pada khususnya. Keunikan puisi Melayu adalah puisi tersebut dapat dilantunkan dengan penuh jiwa dan penghayatan, berbeda dengan puisi-puisi bahasa lain,” jelasnya. (*/tiwi)

Tiwi Kasavela

Recent Posts

Operasikan Dapur Umum untuk Pengungsi Gempa, 7.000 Paket Makanan di Siapkan

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Pemerintah Kabupaten Bandung mulai mengoperasikan dapur umum untuk mendukung kebutuhan logistik bagi…

10 menit ago

Tiga Kali Beruntun! Jawa Barat Kunci Gelar Juara Umum di PON 2024

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Kontingen Jawa Barat dipastikan berhasil mengunci gelar juara umum pada Pekan Olahraga…

33 menit ago

Bocah 4 Tahun Tertimpa Reruntuhan karena Gempa, Kang DS Sampaikan Duka

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Bupati Bandung Dadang Supriatna menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Fauzan,…

1 jam ago

BNPB Ajak Warga Tingkatkan Kesiapsiagaan Menghadapi Ancaman Gempa

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Masyarakat yang terkena dampak gempa M4,9 diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan untuk menghadapi…

2 jam ago

Guru Besar Hanya Nama (GBHN)

Oleh: Dosen Yayasan Pendidikan Tinggi Pasundan Dpk FH UNPAS, Firdaus Arifin BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Dalam…

2 jam ago

Pelantikan Pj Wali Kota Bandung: A Koswara Siap Lanjutkan Program Kerja

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, telah melantik A Koswara…

3 jam ago