BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Melonjaknya harga kedelai dan minyak goreng tak hanya membuat susah masyarakat, melainkan pedagang oleh-oleh keripik tempe khas Bandung pun turut terkena dampak. Para pedagang keripik tempe terpaksa harus mencari celah agar dapat bertahan di tengah kondisi tersebut.
Langkanya minyak goreng dan tempe, membuat susah para pedagang. Para pedagang pun khawatir jika terus berlangsung lama dan terancam bangkrut karena tidak bisa produksi.
Saat ini harga tempe yang sebagai bahan baku melonjak dari Rp11.000 menjadi Rp12.500, sedangkan harga satu jirigen minyak goreng mencapai Rp355.000. Tak hanya sulit dengan kondisi kedelai, para pengrajin pun dibebankan dengan kondisi sulitnya minyak goreng. Para pedagang pun terpaksa menaikan harganya agar tidak rugi dan bangkrut.
Salah satu pedagang keripik tempe, Ahid mengatakan, ia harus menaikan harganya dari Rp40 atau 45 ribu menjadi Rp48 atau sampai 50 ribu per kilogram. Kondisi minyak goreng yang sulit pun, menjadi mahal yang biasanya harga minyak yang biasanya per kompan Rp250.000 menjadi 350.000 per kompan sehingga membuat dagangannya merugi.
Para pedagang berharap pemerintah dapat menstabilkan harga minyak dan kedelai, agar roda perekonomian kembali berjalan. (rif)