JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM– Setelah Kosong selama kurun waktu 2 tahun Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 kembali memiliki Badan Perwakilan Anggota (BPA) pada bulan Mei 2022 melalui Pemilihan yang dilakukan secara E-voting oleh Para Pemegang Polis.
Melalui surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tertanggal 13 Mei 2022, lembaga pengawas yang diamanati Pemerintah ini mengumumkan 11 calon BPA AJB Bumiputera 1912 periode 2022-2027 yang dianggap memenuhi persyaratan dan menyetujuinya setelah melalui Uji Kepatutan dan Kelayakan( Fit and Profer Test).
Adapun Kesebelas sosok yang mengisi organ BPA dimaksud, yakni Muhammad Idaham (Daerah Pemilihan I Sumatera Bagian Utara( Sumbagut), Hardi (Dapil II Sumatera Bagian Tengah- Sumbagteng), Agus Patami (Dapil Sumatera Bagian Selatan-Sumbagsel), dan Jefry Rasyid (Dapil IV DKI Jakarta).
Sementara Figur kelima dan seterusnya, yakni Marhalim Siregar (Dapil V Banten dan Jawa Barat), RM Bagus Irawan (Dapil VI Jawa Bagian Tengah), Naniek Widya Kusuma (Dapil VII Jawa Bagian Timur) Chris Boy Rihi Iye (Dapil VIII Bali dan Nusa Tenggara), Alan Arthur Siahaan (Dapil IX Kalimantan), Jalaluddin Rum (Dapil X Sulawesi), dan Theresia Patipeme (Dapil Maluku dan Papua).
Saat dihubungi Pas Jabar Ketua Kordinator Nasional ( Kornas) Perkumpulan Pemegang Polis AJB Bumiputera 1912 Yayat Supriatna mengatakan Pilar utama bangunan Bumiputera itu menjadi tumpuan harapan jutaan pemegang polis yang hak-haknya terbengkalai akibat hantaman defisit sejak 1997.
“Ini Berawal dari Rp2,07 triliun, upaya penyehatan jangka pendek dan menengah, serta perbaikan investasi oleh manajemen tak berhasil. Defisit terus membengkak tahun demi tahun, hingga kini,” jelasnya dalam rilis yang diterima PASJABAR.
Menurut Yayat, terkait dengan struktur BPA Bumiputera tersebut, OJK melalui Juru Bicara Sekar Putih Djarot sudah menegaskan pihaknya meminta BPA segera menjalankan tugas dan kewenangan.
“Sebelas anggota BPA terpilih dituntut secepatnya mengeluarkan keputusan strategis dalam rangka penyehatan keuangan perusahaan,” tuturnya.
Yayat juga menuturkan Anggaran Dasar (AD) Bumiputera mengatur BPA bertugas dan bertanggung jawab melengkapi struktur direksi dan komisaris yang bakal mengendalikan perputaran roda perusahaan day by day.
“BPA juga dapat menggelar sidang luar biasa guna mengeluarkan keputusan strategis lainnya sesuai pedoman AD,” tandasnya.
Lebih jauh Yayat menjelaskan Menelisik deretan kebijakan manajemen AJB Bumiputera 1912 mengalami masa kritis finansial dan reputasi nya sejak 2016-2022, “Setidaknya ada lima Fakta atau bukti yang membawa perusahaan asuransi mutual tertua di Indonesia ini , kini berada di titik nadir.”
Pertama, terdapat indikasi penentuan pemimpin perusahaan selama lima tahun terakhir disemangati oleh kompromi jahat di balik layar. Tidak mengherankan jika hasilnya kepemimpinan lemah kompetensi dan kapasitas. Bumiputera tak jelas arahnya. Kondisinya tak menjadi lebih baik, melainkan semakin buruk.
Kedua, lingkaran penentu kebijakan yang bisanya cuma sebagai “follower” tidak berani mendukung atau berinisiatif melakukan langkah memperbaiki organisasi. Dampaknya; perubahan signifikan yang diharapkan para pemegang polis paling tidak enam tahun terakhir tak terwujud.
Ketiga, terjadi kegamangan dalam mengendalikan organisasi. Khususnya terkait proses pengambilan keputusan dan kebijakan di internal perusahaan. Kondisi ini mengakibatkan stagnasi kepemimpinan sehingga level bawah organisasi hanya bisa pasrah menyikapi situasi krisis perusahaan. Cermin pemimpin di berbagai tingkatan tidak berkarakter.
Keempat, jajaran pemimpin Bumiputera periode itu tidak memiliki sense of crisis, sense of belonging, dan sense of responsibility dalam menyikapinya permasalahan perusahaan.
Boro-boro berjuang menyehatkan perusahaan asuransi berusia seabad lebih, mereka sibuk melakukan manuver semata-mata demi mempertahankan jabatan.
Kelima, demikian besar potensi kegagalan menajemen karena prinsip dan nilai-nilai good corporate governance tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Potensi kerugian perusahaan menganga. Identitas dan budaya organisasi yang digelar bertentangan dengan visi dan misi yang dititahkan “3 Orang Guru” Bumiputera.
Guna membawa AJB Bumiputera 1912 bangkit, dibutuhkan jajaran pemimpin dan manajemen yang power full dalam mengendalikan segenap dinamika internal organisasi. Juga mampu menjalin komunikasi dengan seluruh stakeholders guna menghasilkan rumusan program strategi jitu –yang tak lain untuk memenuhi harapan para pemegang polis.” Tutur Yayat.
“Oleh karenanya besar harapan para Pemegang Poliske depan Bumiputera tidak lagi dipimpin “sosok lama” yang sudah terbukti gagal. Jangan sampai pula tongkat estafet diserahkan kepada “anak didiknya” yang memang sudah dipersiapkannya. Kalau hal ini tetap dipaksakan..maka siap siap saja Management akan menghadapi Gelombang Protes Para Pempol yang merupakan Pemilik saham Perusahaan,” pungkasnya. (*/tiwi)