HEADLINE

Ini Kata Peneliti ITB Bahas Prospek Air sebagai Bahan Bakar

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM Guru Besar SITH ITB, Prof. Robert Manurung berdasarkan riset dari US Department of Energy, Robert Manurung menjelaskan hydrogen fuel merupakan salah satu sumber energi alternatif paling menjanjikan untuk masa depan. Selain itu, hydrogen fuel juga menjadi sumber energi bebas polusi.

“Namun, ada berbagai alasan mengapa air tidak dimanfaatkan menjadi sumber energi domestic fuel. Pertama, hidrogen adalah bahan yang sulit didapat dan biaya produksinya sangat tinggi. Selain itu, hidrogen memiliki sifat yang sangat eksplosif dan juga tidak dapat terbakar pada laju yang rendah,” katanya seperti dikutip PASJABAR dari laman itb, Rabu (1/6/2022).

Selain itu, air juga tidak mungkin dapat menjadi bahan bakar tanpa ada pasokan campuran energi dari luar. Sebanyak 48 persen produksi H2 saat ini dihasilkan dari proses steam methane reforming, 18 persen dari gasifikasi batubara, dan 30 persen dari hydrocarbon cracking.

Guru Besar FTI ITB, Prof. Yogi Wibisono Budhi menjelaskan implementasi dari intensifikasi proses dalam produksi hidrogen dilakukan melalui pengembangan peralatan, material, dan metode yang inovatif dan kreatif.

“Hidrogen menjadi salah satu sumber energi masa depan yang menjanjikan karena dapat diaplikasikan secara luas, Hidrogen dapat digunakan untuk menjadi synthetic fuel. biomass, pupuk, pembangkit tenaga nuklir, baterai, hingga pemurnian logam,” sambungnya.

Namun, dalam proses produksi hidrogen, tepatnya pada proses pemecahan molekul hidrogen, diperlukan energi yang sangat besar hingga 5.7 mega watt per jam energi panas dan 39 megawatt per jam energi listrik. Maka dari itu secara kelayakan ekonomi, pemanfaatan hidrogen ini hampir tidak mungkin. Namun, masih ada alternatif terdekat yang dapat ditempuh yaitu penciptaan energi listrik dari air.

Sementara Dosen FTMD ITB, Dr. Tri Yuswidjajanto memaparkan produksi hidrogen paling efektif adalah dari gas alam melalui proses steam reforming, yang juga harus melalui proses mekanisme carbon capture.

“Hidrogen dapat dipergunakan pada kendaraan bermotor. Pertama, pada Internal Combustion Engine Vehicle (ICEV) akan tetap menghasilkan emisi NO yang dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf dan gangguan pernapasan. Untuk mengendalikan emisi NO, diperlukan sistem kontrol pengendali pembakaran. Sementara itu, pada Fuel Cell Electric Vehicle (FCeV) hanya dihasilkan H2O yang membuat FCeV menjadi ramah lingkungan,” tuturnya. (*/ytn)

Yatni Setianingsih

Recent Posts

WJIS 2024, Jawa Barat Alami Pertumbuhan Ekonomi 4,95 Persen

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- West Java Investment Summit 2024 yang sudah berjalan ke enam kalinya mencatatkan…

6 jam ago

Pelajaran untuk Persib Usai Dipermalukan Port FC

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung menelan pil pahit. Melawan Port FC dalam laga perdana Grup F AFC…

8 jam ago

Pengungsi Gempa Cibeureum Antre Panjang Demi Minuman Hangat

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Ratusan pengungsi gempa di Cibeureum, Kabupaten Bandung, rela mengantre panjang demi mendapatkan…

8 jam ago

Tenda Terpasang, Pengungsi Gempa Kertasari Masih Kekurangan Bantuan

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Lebih dari 10 tenda pengungsian telah dipasang di lokasi evakuasi korban gempa…

9 jam ago

Port FC Permalukan Persib di Si Jalak Harupat

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung menuai kekalahan saat menjamu Port FC dalam laga perdana Grup…

9 jam ago

Landak Jawa Ditemukan Berkeliaran di Jalan Padjadjaran Kota Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Seekor Landak Jawa ditemukan berkeliaran di kawasan Jalan Pajadjaran Kota Bandung. Hewan…

10 jam ago