BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Guru Besar Fakultas Farmasi Unpad Prof. Dr.rer.nat. Muhaimin, M.Si., menerangkan penggunaan bahan alam untuk pengobatan tetap harus memerhatikan dosis.
“Jadi walaupun kita menggunakan pengobatan yang berbasis bahan alam, tetap dosis itu diperhatikan,” tuturnya seperti dikutip PASJABAR dari laman unpad, Selasa (28/6/2022).
Lebih lanjut ia mengatakan, masyarakat acapkali menggunakan ekstrak dari bahan alam dengan cara direbus untuk pengobatan. Menurutnya, tidak semua zat yang terlarut dalam air itu bermanfaat bahkan kemungkinan ada yang bersifat racun.
“Kalau banyak akan menumpuk di tubuh,” sambungnya.
Dalam penelitiannya, ia banyak memfokuskan mengenai penemuan obat dari bahan alam. Ia mengatakan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati, yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber obat.
Ia juga menyebutkan bahwa kelebihan dari penggunaan bahan alam adalah jumlahnya yang tidak terbatas serta adanya keragaman struktur. Senyawa yang ada di dalam bahan alam selalu beradaptasi untuk melawan tantangan yang ada di lingkungan tempat mereka tumbuh.
“Potensi dari senyawa yang ada di bahan alam itu sangat besar untuk digunakan sebagai sumber obat,” tuturnya.
Ia menjelaskan, dalam proses penemuan dan pengembangan obat dari bahan alam membutuhkan waktu lama dan proses yang panjang. Proses ini meliputi penelitian, pengembangan, uji klinis, proses pengakuan dari badan yang berwenang, hingga pemasaran.
“Dalam penemuan bahan alam mebutuhkan waktu yang tidak singkat. Jadi untuk menemukan obat sampai dipasarkan membutuhkan waktu sekitar 15 tahun dengan tahapan-tahapan yang harus dilalui,” tegasnya. (*/ytn)