BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Lima mahasiswa FSRD ITB menyelenggarkan acara pameran dan talkshow yang berjudul To Feel The New Experience: Bring Artwork to Life pada Minggu (26/6/2022) lalu.
Selain untuk memenuhi tugas akhir, kegiatan yang digelar mahasiswa FSRD ITB ini dirancang untuk merespons isu-isu yang diangkat melalui gerakan Sustainable Development Goals (SDGs).
Kelima mahasiswa FSRD ITB tersebut yaitu Sabine Shafa Luna (DKV’19), Angelina Fajri Intan S (DI’19), Hafshah Noorulhafiyya (DKV’19), Erin Ruth Tamara (DKV’19), dan Putri Amalia (DP’19).
Acara ini dihelat di Tab Studio, Gelora Creative Co-Space, Jl. Braga no. 109, Bandung. Dihadiri oleh dosen FSRD ITB, Banung Grahita, Ph.D., sebagai pembicara pada acara talkshow tersebut.
Tim ini merancang proyek sosial yang berusaha memenuhi tujuan menciptakan masyarakat yang damai dan inklusif melalui pengembangan karya seniman disabilitas Tab Space menggunakan teknologi Augmented Reality (AR).
“Penerapan media kreatif berbasis digital ini diharapkan mampu meningkatan exposure dan eksistensi karya seniman disabilitas,” ujar Angelina Fajri mewakili timnya saat ditanyai beberapa waktu lalu.
Karya Seniman Disabilitas
Mereka memilih 3 karya dari seniman disabilitas yang berbeda. Karya tersebut memiliki potensi untuk berkolaborasi dalam wadah interaksi AR. Sekaligus memiliki potensi penjualan merchandise yang relatif tinggi. Dengan menampilkan konsep “Makanan”, ketiga karya akan saling merespons satu sama lain terhadap topik makanan.
“Nantinya, ketiga karya akan memiliki 3 animasi sederhana yang terdeteksi menggunakan AR, sehingga audiens akan tertarik untuk mendapatkan seluruh experience dari karya-karya yang saling berinteraksi,” ujar Angel.
Selain menggunakan fitur Instagram, mereka melaksanakan pameran di Tab Space dengan menampilkan karya kolaborasi dan merchandise pendukung sebagai media pengenalan proyek sosial tersebut secara langsung.
Pada acara pameran tersebut, Banung Grahita, mengapresiasi proyek yang dilakukan kelima mahasiswa tersebut. “Ini keren bukan (karena) saya ya, ini keren karena karya yang direspon keren-keren,” ujar Dosen FSRD tersebut.
Beliau menjelaskan bahwa ilmu desain bukan sekadar teori, melainkan ilmu yang harus dinikmati di publik.
“Daripada selesai di tugas, alangkah lebih baik karya ini bisa dikontribusikan di publik,” tuturnya.
Banung mengakui bahwa proyek sosial perlu sentuhan desain. Pameran ini merupakan suatu inisiasi yang bagus untuk membuktikan bahwa ilmu desain memiliki kontribusi yang cukup baik di ranah sosial. Oleh karena itu kegiatan seperti ini harus digalangkan lebih banyak lagi. (*/ran)