Bandung, WWW.PASJABAR.COM – Gadis yang biasa dipanggil Monik. Sejak 2015 silam ia jatuh cinta pada dunia atletik dan berkecimpung dalam cabang angkat berat telah menabet medali emas.
Namaya Shebrioni, tapi biasa dipanggil Monik. Berbeda dengan kebanyakan perempuan lain, Monik memilih berkecimpung dalam cabang angkat berat.
“Tertarik di dunia angkat besi itu karena awalnya ikut suami fitness. Setelah lama-lama, kok jadi suka dengan kegiatan seperti ini. Terus makin penasaran dan jadi ikut program yang lebih serius di atletik angkat berat,” cerita Monik kepada Humas Kota Bandung seusai acara di Balai Kota Bandung, Senin, 29 Agustus 2022.
Rasa cintanya terhadap angkat berat dibuktikan dengan perjuangan yang tak pernah berhenti. Di saat yang lain memilih istirahat dan berlibur, Monik tetap berlatih setiap hari.
“Saya selalu latihan walaupun minimal seminggu cuma tiga kali. Pokoknya dalam seminggu, saya harus latihan, tidak boleh libur,” ujar perempuan kelahiran Bandung, 18 Februari 1992 ini.
Menyabet Mendali Emas Pekan Paralimpik Nasional 2021
Perjuangan tak pernah mengkhianati hasil, Monik pun menyabet medali emas di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2021. Bahkan ia sempat memecahkan rekor saat di ASEAN Para Games 2017 di Malaysia.
“Waktu itu paling berat angkatannya 95 kg. Lalu saya pecahkan dengan mengangkat 103 kg,” ungkapnya.
Sedangkan pada ASEAN Para Games 2022 kemarin di Solo, ia berhasil memperoleh dua medali emas dan memecahkan rekor atlet Thailand.
“Atlet dari Thailand itu angkat beban 101 kg, saya bisa pecahkan dengan 109 kg,” akunya.
Meski memang karena saking kerasnya berlatih, ia pun kerap beberapa kali mengalami cedera.
“Waktu angkat 109 kg, bahu kanan saya cedera. Tapi, alhamdulillah cepat ditangani oleh pelatih,” katanya yang kini tinggal di kawasan Pajajaran.
Ia memaparkan, selain melakukan latihan penunjang, seperti angkat beban-beban kecil dan push up selama 2-3 jam di GOR Pajajaran, seorang atlet juga harus memperhatikan makanan yang dikonsumsinya.
“Selain latihan, perlu juga perhatikan makanan yang dikonsumsi. Jangan minum es, apalagi dengan kondisi di Kota Bandung yang dingin. Sering bikin tulang kita linu. Harus rajin minum susu, suplemen kalsium, baru kita latihan,” paparnya.
Selama berkecimpung di dunia atletik angkat berat, Monik tak pernah merasakan kesulitan. Rasa mindernya pun sudah terkikis habis sekarang. Baginya, sangat penting untuk mengikuti kata hati dan jangan dengarkan kata negatif dari orang lain.
“Jangan dengarkan yang bilang. Kalian tidak bisa begini dan begitu. Kalau menurut kalian bisa berkembang di situ, latihan saja terus,” tuturnya.
“Saya dulu seperti itu, lihat kondisi tangan yang begini mana bisa angkat berat. Tapi saya percaya dan yakin, terus berlatih juga. Intinya ikut saja kata hati sendiri,” imbuhnya.
Sampai saat ini, Monik belum tertarik dengan cabang olahraga lain. Baginya, masih banyak yang harus ia diulik dalam cabang angkat berat.
Meski begitu, ia juga berharap agar anaknya yang kini duduk di bangku kelas 7 SMP bisa mengikuti jejaknya menjadi atlet.
“Tapi ya anak-anak kan masih susah diarahkan ya. Cuma memang berharap anak juga bisa jadi atlet di cabang olahraga yang dia suka,” ungkapnya. (*/Nis)