JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM – Kanker paru kerap kali tidak terdeksi. Maka dari itu Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP menyarankan untuk deteksi dini kanker.
“Gejala pada kanker paru seringkali tidak nampak pada stadium awal, data saat ini menunjukkan bahwa 60 persen pasien kanker tersebut datang dalam stadium lanjut,” katanya yang dikutip dari ANTARA, Rabu (31/8/2022).
Diketahui, angka kematian akibat kanker paru kurang dari satu tahun di Indonesia terus meningkat sejak data Globocan 2018. Padahal angka kematian akibat kanker tersebut untuk wilayah Asia secara keseluruhan justru mengalami penurunan sebanyak 3 persen.
Gejala
Gejala awal kanker paru dapat berupa batuk terus-menerus, nyeri dada yang memburuk bersama pernapasan dalam, batuk, atau tertawa, suara serak atau sesak napas, penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan, batuk darah atau dahak yang berwarna karat, mudah lelah juga infeksi persisten, seperti bronkitis dan pneumonia.
Bila sudah berlanjut, seseorang akan merasakan nyeri tulang terutama di bagian punggung atau pinggul, mengalami perubahan neurologis seperti sakit kepala, kelemahan atau mati rasa dari tangan atau kaki, pusing, masalah keseimbangan atau kejang. Gejala lanjutan juga berupa penyakit kuning serta pembengkakan kelenjar getah bening.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, angka kejadian kanker atau prevalensi di Indonesia meningkat mencapai 30 persen sejak tahun 2013 hingga 2018, sementara 58 persen prevalensi berada di kota-kota besar.
Adapun 85 persen sampai 95 persen kanker paru adalah dari jenis “kanker paru-paru bukan sel kecil” atau disebut juga dengan kanker sel gandum, terdiri atas 10 persen hingga 15 persen dari seluruh jenis kanker tersebut dengan sifat cenderung menyebar dengan cepat.
Aru menambahkan, kanker paru adalah jenis kanker yang kejadiannya paling tinggi pada laki-laki di Indonesia. Sebab, 95 persen kanker tersebut diakibatkan dari lingkungan serta gaya hidup, dan kebiasaan merokok serta polusi sekitar yang tinggi.
Para perokok disarankan untuk berhenti merokok secara total, bukan bertahap, untuk mengurangi risiko terkena kanker. Sebab, konsumsi rokok terlepas dari jumlahnya sedikit atau banyak tetap menimbulkan risiko penyakit yang sama.
Gaya hidup sehat, mengurangi stres, rajin berolahraga sesederhana berjalan kaki 15 menit serta menjaga pola makan agar berat badan tetap ideal bisa mengurangi risiko kanker. (ran)