JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM — Penurunan harga makanan telah meredam kenaikan inflasi tahunan pada Oktober 2022. Hal tersebut dinyatakan oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto.
Dilansir dari ANTARA, inflasi Oktober secara tahunan (year on year/yoy) adalah sebesar 5,71 persen. Itu lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi tahunan September yaitu sebesar 5,95 persen.
“Terjadi pelemahan tekanan inflasi untuk komponen harga bergejolak, ini yang meredam inflasi tahunan kita,” katanya, Selasa (1/11/2022).
Komponen harga bergejolak atau volatile food pada Oktober 2022 mengalami inflasi sebesar 7,19 persen atau turun jika dibandingkan pada September 2022 yang sebesar 9,02 persen.
Realisasi inflasi komponen harga bergejolak yang sebesar 7,19 persen tersebut memberi andil sebesar 1,18 persen terhadap inflasi secara keseluruhan pada Oktober yang sebesar 5,71 persen (yoy).
Tekanan inflasi harga bergejolak pada Oktober mulai turun dibanding bulan sebelumnya terjadi karena terdapat penurunan terhadap beberapa harga komoditas pangan.
BPS Catat Indonesia Alami Deflasi 0,11 persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,11 persen pada Oktober 2022 secara bulanan (month-to-month/mtm). Berarti hal itu adanya penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 112,87 pada September menjadi 112,75.
“Oktober ini kalau kita bandingkan dengan inflasi September 2022 terjadi deflasi 0,11 persen,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/11/2022).
Setianto menjelaskan penyumbang deflasi pada Oktober utamanya berasal dari penurunan harga komoditas cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai rawit, minyak goreng, tomat, dan bawang merah.
Dengan terjadinya hal tersebut, maka inflasi tahun kalender atau Oktober 2022 terhadap Desember 2021 tercatat sebesar 4,73 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Oktober 2022 terhadap Oktober 2021 sebesar 5,71 persen.
Dari 90 kota IHK, terdapat 61 kota yang mengalami deflasi terdalam terjadi di Kota Gunungsitoli yaitu 1,48 persen. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 0,76 persen.
Kota Gunungsitoli mengalami deflasi terdalam dengan komoditas penyumbang meliputi cabai merah yang memiliki andil 1,19 persen, cabai rawit 0,2 persen, daging ayam ras 0,08 persen, dan minyak goreng 0,03 persen.
Jika inflasi dilihat berdasarkan sebaran menurut pulau secara bulanan (mtm), untuk Pulau Sumatera terjadi inflasi tertinggi di Meulaboh yaitu 0,19 persen. Sedangkan deflasi terdalam di Kota Gunungsitoli 1,48 persen. (ran)