BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Orasi Ilmiah dan Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan, Prof. Dr. Lia Mulyawati, M.Si dilaksanakan di Aula Mandala Saba Lantai 8, Kampus II Unpas, Jalan Taman Sari No. 6-8, Kota Bandung, Rabu (22/1/2023).
Rektor Unpas, Prof. Dr.Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si, M.Kom, IPU mengatakan dengan penambahan guru besar berarti menambah aset bagi Unpas. Khususnya dibidang Sumber Daya Manusia (SDM).
“Berarti jumlah kepakaran kompetensi yang ada di Unpas juga bertambah. Berarti dengan adanya 27 guru besar di Unpas bisa menciptakan SDM Indonesia yang ungggul,” katanya.
Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, Prof. Dr. H. M Didi Turmudzi, M.Si dalam sambutannya mengatakan pengukuhan Prof. Lia menjadi guru besar menjadi sebuah contoh dan motivasi bagi dosen yang sedang berjuang saat ini.
“Kunci agar bisa meraih hal itu adalah niat, tekad dan semangat,” ucapnya.
Kepala LLDIKTI Wilayah IV Jawa Barat dan Banten, Dr. M. Samsuri, S.Pd. MT menuturkan bahwa guru besar merupakan jabaran akademik tertinggi dari seorang dosen.
Samsuri berharap setelah Prof. Lia menjadi guru besar bisa merangkul yang lainnya agar bisa menjadi guru besar juga dan tidak boleh pelit ilmu.
“Setelah jadi guru besar, produktifitas tidak boleh turun dan mendorong teman-teman yang lain untuk meningkatkan jenjang akademiknya,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Lia menyampaikan setelah dikukuhkan menjadi guru besar diharapkan menjadi kekuatan bagi Unpas. Sehingga menjadi lebih baik dan unggul.
“Sekarang saya telah dikukuhkan menjadi guru besar di Unpas yang merupakan menjadi kekuatan bagi lembaga untuk meningkatkan lebih lagi tentang keilmuan saya, memperkuat lembaga untuk lebih baik dan lebih unggul,” katanya.
Tantangan Prof. Lia Mulyawati Menjadi Guru Besar Unpas
Menurutnya, menjadi guru besar tidak mudah, perlu niat dan manajerial yang tinggi karena akan menghadapi berbagai tugas. Apalagi ia merupakan seorang wanita dan sudah berkeluarga.
“Perlu mental yang kuat dan komitmen yang kuat untuk menghadapi semua kondisi yang tidak mudah seorang wanita jalankan. Kemudian, harus ada komitmen keluarga. Kalau sudah berkomitmen mengizinkan berarti harus ikut serta dalam support segalanya,” pungkasnya. (ran)