PASBUDAYA

Dari Gunung Padang Hingga Gunung Lawu, Inilah 7 Situs Sejarah Paling Misterius di Indonesia

ADVERTISEMENT

MALANG, WWW.PASJABAR.COM– Dunia arkeologi Indonesia mendapat sorotan luar biasa ketika Situs Piramida Gunung Padang di tahun 2014 mengambil alih pemberitaan nasional.

Diperkirakan pertama kali dibangun pada masa 8000 SM atau lebih tua dari Piramida Mesir yang ada pada 2500 SM, peninggalan kebudayaan megalitikum ini dianggap sebagai temuan yang mengubah sejarah dunia.

Dibalik keberadaan situs masa lampau yang mengagumkan, memang tak sedikit yang kemudian meninggalkan misteri karena kajian sejarahpun belum mampu memaparkan penjelasan secara detail.

Ahmad Nowmenta Putra, Penulis buku Jejak Sang Ajudan (Pierre Tendean) yang giat menyuarakan #SejarahUntukGenerasi melalui channel Keep History Alive merekomendasi 7 destinasi sejarah yang hingga saat ini masih diselimuti banyak pertanyaan, namun bisa menjadi alternatif ber-traveling!

1. Candi Penataran

Adalah sebuah kompleks percandian terbesar di Jawa Timur berjuluk Penataran.

Ditemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles di tahun 1815, bangunan andesit ini dibangun dalam kurun waktu sekitar 250 tahun lamanya.

Dimulai oleh Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri di tahun 1200 Masehi dengan nama Asli Palah (Prasasti Palah), gugusan candi Hindu Siwaitis yang terletak di lereng barat daya Gunung Kelud ini kemudian berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.

Berbagai kajian sejarah pada teks-teks kuno semisal kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca, menjelaskan kedigdayaan Penataran yang sangat dihormati oleh para raja & petinggi kerajaan besar di Jatim.

Bahkan menurut legenda rakyat setempat, sumpah sakral Mahapatih Gajah Mada untuk menyatukan seluruh Nusantara yang kita kenal “Sumpah Palapa”, diucapkan disini. Pertanyaan yang terus menambah rasa penasaran adalah benarkah ada hubungan geologi antara peradaban nusantara dengan suku Inca dan Maya dimasa lalu yang belum terlacak oleh sejarah? Mengingat ada sebagian relief yang menggambarkan cirri-ciri dari orang di suku inca dan Maya.

2. Candi Ratu Boko

Kontroversi Fahmi Basya yang menyatakan keterkaitan Candi Borobudur dengan bangunan Nabi Sulaiman, juga menyebut Keraton Ratu Boko sebagai bagian dari kisah ini.

Dalam buku yang berdasar pada penelitian lebih dr 3 dekade lamanya, Fahmi menjelaskan bahwa Candi Borobudur adalah Istana Nabi Sulaiman yang dipindahkan dari Keraton Ratu Boko yang dipercaya sebagai Keraton Ratu Bilqis.

Fahmi meyakini bahwa negeri Saba yang disebut dalam kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis sesuai dengan kondisi geografis Wonosobo (Hutan Saba), tempat yang bersebelahan dengan Magelang di mana Candi Borobudur berada.

Negeri Saba ini menurutnya bahkan membentang dari Yogyakarta hingga Wonosobo di Selatan & Utara, dan Boyolali hingga Kulonprogo di Timur & Barat.

Pernyataan yang bagi sebagian kalangan dianggap cocokologi ini juga merujuk pada temuan lembar emas di kolam Ratu Boko yang juga punya kesamaan cerita, ketika Sulaiman mengutus burung Hud Hud mengirim pesan untuk Bilqis dengan menjatuhkannya dari atas.

Samar- samar tulisan dalam lembar emas yang ditemukan di kolam Ratu Boko sekitar 1940an itu memang hampir menyerupai huruf hijaiyah berlafadz Bismillah. Konon benda ini sekarang disimpan di Museum Nasional.

3. Candi Sukuh

Sekelompok pecinta sejarah yang menamakan diri Turangga Seta, di sekitar tahun 2010 hadir dan mewarnai jagad per-sejarahan dengan mencetuskan kajian-kajian sejarah Indonesia dalam konteks berbeda.

Pembedanya bukan hanya pada slogan ‘Sejarah Nusantara tidak sekerdil tulisan buku pelajaran sekolah atau yang termakhtub dalam literasi sejarah’, namun metode exposure yang digunakan-nya adalah melalui metode; ‘komunikasi’ dengan leluhur! Ini terjadi bahkan jauh hari sebelum banyak bermunculan media retrokognisi kita jumpai skrg.

Ada sejumlah candi Jawa menyimpan patung dan relief wajah bangsa asing, salah satunya orang Sumeria. Salah satu candi yang memiliki patung manusia Sumeria adalah Candi Cetho.

Berdasarkan catatan sejarah, candi ini dibuat pada zaman Majapahit, pemerintahan Raja Brawijaya V. Kesimpulan bahwa patung di Candi Cetho merupakan orang Sumeria bisa dilihat dari ciri-ciri dan atribut yang dikenakan sosok dalam patung tersebut. Figure Sumeria tersebut terlihat takluk pada orang Jawa.

Figur Sumeria ini sebenarnya bukanlah satu-satunya bangsa yang dijumpai dalam relief candi Jawa. Di Candi Penataran di Jawa Timur, terdapat figur China, Aztec, dan Mesir.

Pertanyaannya, mengapa ada patung mirip orang Sumeria yang menurut literatur telah ada pada zaman 3.000-4.000 tahun SM di Candi Cetho? Jika mereka dianggap manusia pertama yang beradab, maka mengapa mereka dibuat seperti orang takluk di lereng Gunung Lawu ini?

4. Candi Jawar Ombo

Sejarah kejayaan Majapahit rupanya banyak menorehkan peninggalan penting yang terserak di sebagian besar wilayah Jawa. Candi Jawar Ombo adalah salah satu diantaranya.

Berlokasi di desa Mulyosari, Ampelgading (2 jam dari Kota Malang) dengan posisi tepat menghadap gunung Semeru, menjadikan spot ini sebagai salah satu destinasi alam sekaligus sejarah yang memantik adrenaline ekstra bagi para pengunjungnya. Namun akses yang tak ‘biasa’ ini akan terbayar kontan seketika kita tiba di lokasi candi.

Empat arca dwarapala yang menjaga situs megah ini pun seolah menyapa dari kejauhan, sementara keindahan pegunungan serta sensasi aroma alam disekitarnya membuat kita sulit untuk beranjak pergi.

Ditemukan pada tahun 1983 dalam kondisi terpendam dalam tanah, candi Hindu ini mengalami restorasi yang cukup signifikan hingga kemudian beralih fungsi sebagai tempat peribadatan seperti sekarang.

Dikisahkan jika candi ini merupakan pusat persembahyangan bagi para raja dan tokoh penting di masa lalu.

Bahkan Raden Wijaya Sang pendiri Majapahit juga kerap mengunjungi Jawar yang menghadap langsung dengan Semeru (Meru) ini, untuk menghadap Sang Hyang Widhi.

Adanya keterbatasan bukti sejarah, mengingat ketika ditemukan bangunan ini hanya menyisakan pondasi serta belum banyaknya kajian sejarah menjadikan Jawar Ombo masih diselimuti misteri.

5. Candi Cetho

Cetho maupun Sukuh berbentuk piramida terpenggal. Sama-sama berada di lereng Gunung Lawu dalam jarak yang tidak terlalu jauh.

Sejumlah arkeolog Indonesia mengatakan bahwa Cetho dan Sukuh dibuat pada akhir Jaman Majapahit di abad ke-15 M. Jika benar, keduanya tergolong muda dalam kacamata sejarah.

Tak hanya bentuknya yang lain dari candi Hindu lain yang ada di Nusantara maupun di seluruh dunia, Cetho & Sukuh menjadi populer karena menyimpan simbolisme yang berbeda.

Yayasan Turangga Seta, sebuah komunitas penyuka sejarah kebesaran Nusantara yang mengurai misteri sejarah menggunakan metode ‘lain’, mencatat beberapa kejanggalan2 di Cetho, Sukuh, dan Penataran.

Pertama, bebatuan asal Cetho & Sukuh terbuat dari batuan kali yang dipahat dan disusun menjadi satu. Padahal pada masa itu, sudah dikenal luas produksi pembuatan batu bata dari tanah liat.

Kedua, berbagai relief Cetho &Sukuh, tingkat presisi dan kerapian pemahatannya masih sangat sederhana seolah belum ditemukan alat pahat yang lebih ‘modern’, berbeda dengan relief lain di era Majapahit yang lebih detil dan rumit.

Ketiga, bentuk beberapa patung yang tidak menggambarkan sosok orang Jawa yang ada pada masa itu, namun patung tersebut justru lebih menyerupai sosok orang Sumeria. Kesimpulan bahwa patung di Candi Cetho merupakan orang Sumeria bisa dilihat dari ciri-ciri dan atribut yang dikenakan sosok dalam patung tersebut. Figure Sumeria tersebut terlihat takluk pada orang Jawa. Figur Sumeria ini sebenarnya bukanlah satu-satunya bangsa yang dijumpai dalam relief candi Jawa. Di Candi Penataran di Jawa Timur, terdapat figur China, Aztec, dan Mesir.

Pertanyaannya, mengapa ada patung mirip orang Sumeria yang menurut literatur telah ada pada zaman 3.000-4.000 tahun SM di Candi Cetho? Jika mereka dianggap manusia pertama yang beradab, maka mengapa mereka dibuat seperti orang takluk di lereng Gunung Lawu ini?

6. Piramida Gunung padang

Misteri terus menyelimuti keberadaan situs yang berdasar uji karbon berasal dari 10.000 tahun SM ini.

Dengan tinggi 3x dan luas 10x Candi Borobudur penduduk setempat kerap mengaitkan situs ini dengan Prabu Siliwangi. Termasuk terkait teka-teki isi perut dan beragam penemuan yang menyiratkan sebuah peradaban yg sangat maju dimasa lalu, namun harus musnah akibat bencana besar.

Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, “Buletin Dinas Kepurbakalaan”) tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949.

7. Candi Jawi

Candi yang terletak di kaki Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur ini mulanya digadang-gadang sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, dan ternyata merupakan tempat pendharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara.

Beberapa misteri masih menyelimuti situs ini. Dalam kitab Nagarakretagama diceritakan, pada tahun 1331, candi ini disambar petir dan arca Maha Akshobhya di atas patung Syiwa pun raib. Tidak diketahui, apakah arca tersebut sudah ditemukan dan kini dimiliki kolektor luar negeri, ataukah arca tersebu raib secara misterius?

Adanya arca dewa-dewi Syiwa, seperti arca Durga, Nandi, Ganesha, dan Brahma, ini menunjukkan bahwa Candi Jawi bersifat Syiwaistis atau berdasarkan kepercayaan Syiwa.

Namun, pada bagian atas candi yang berbentuk stupa menunjukkan candi ini juga berlatar Buddha.

Seni arsitektur Candi Jawi menunjukkan persatuan yang harmonis kepercayaan Syiwa-Buddha. Hal ini sekaligus menjadi contoh nyata falsafah Bhinneka Tunggal Ika. Bagaimana ini terjadi pada masa itu.

Selain itu, sejak dipugar tahun 1938 hingga saat ini, para ahli belum bisa membaca relief yang menghiasi dinding luar tubuh Candi Jawi. Selain reliefnya sudah pudar karena terlalu tipis, para ahli masih kesulitan menghubungkan gambar relief yang ada dengan kitab atau prasasti yang ditemukan. (*/tiwi)

Tiwi Kasavela

Recent Posts

Kalahkan Jakarta, Jawa Barat Kumpulkan 538 Medali di PON XXI Aceh – Sumut

WWW.PASJABAR.COM -- Jawa Barat resmi menyabet status sebagai juara umum di Pekan Olahraga Nasional (PON)…

4 jam ago

Mapag Hujan: Aksi Bersih Sungai Menyambut Musim Hujan di Kota Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Pemerintah Kota Bandung mengadakan kegiatan Mapag Hujan (Maraton Bebersih Walungan dan Susukan)…

5 jam ago

Jangan Sembarang Gula! Ini Jenis Gula yang Baik untuk Penderita Diabetes

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Dokter spesialis gizi klinik dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr.…

6 jam ago

Landak Jawa Ditemukan Berkeliaran di Jalan Padjadjaran Kota Bandung

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Seekor Landak Jawa ditemukan berkeliaran di kawasan Jalan Pajadjaran Kota Bandung. Hewan…

7 jam ago

Puluhan Pengungsi Gempa di Kertasari Mengeluh Sakit, Tim Medis Dikerahkan

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Akibat cuaca dingin, puluhan pengungsi di tenda pengungsian gempa Kertasari mengeluh sakit.…

7 jam ago

Dedi Mulyadi Ajak Paguyuban Pasundan Lakukan Ini di Jabar

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Politikus yang juga Calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, mengajak Paguyuban Pasundan…

7 jam ago